Secangkir Kematian
Pic by Dhewi Liem |
"Tidak akan lagi ada luka,
tidak akan lagi kubuat hatimu kecewa", janjimu yang bahkan belum kering
jika dibanding tanah merah pemakaman. Masih terngiang jelas ditelingaku. Akan
selalu tertancap kata-kata manismu.
Kata-kata indahmu, janji-janji
manismu akan dengan mudah menjelma belati yang dengan sigap menyayat-nyayat
hati. Membunuh rasa, membekaskan kecewa. Akankah selalu seperti itu?
Bisa kau jelaskan tanpa
memutarbalikkan kesalahan? Bisa kau sedikit lebih peduli pada perasaan?
Jika kau ingin lebih peduli pada
perasaan, kuharap jangan lagi gunakan kata-kata manismu. Janji-janji yang kau
pun tahu tak akan pernah selesai. Tikam aku, bunuh aku dengan cara lain. Yang
tak lebih menyakitkan dibanding tertikam kata serta janji yang tak kunjung
selesai. Tak ada yang lebih menyakitkan dibanding tertikam rindu.
Kau bisa menusukkan belati tajam
yang baru kau asah tepat pada hati, jantung, paru-paru, serta kepalaku. Agar
berhenti segala detak kehidupan. Agar tak lagi hidupmu terganggu masalah sepele
tersebab aku.
Atau, jika mungkin kau ingin
terlihat lebih manis, kau bisa racikkan secangkir cokelat panas dengan sedikit
tambahan bubuk arsenik. Kemudian dengan bujuk lembut kau minumkan padaku. Dan
aku, yang selalu luluh pada kelembutanmu, akan dengan berbunga menandaskan
secangkir cokelat panas beracun itu tanpa sisa.
Setelah cokelat panas mengandung
serbuk metaloid dengan nomor atom 33 itu menjalar rata dalam darahku,
senyawanya mulai merusak sistem pencernaanku, kemudian selanjutnya menghentikan
kehidupanku, dan kau bisa dengan bebas memilih wanita baru yang lebih segala
dariku. Tentunya.
Atau bahkan kau akan kembali pada
salah satu wanitamu terdahulu. Wanitamu sebelum aku. Mereka yang hebat dan
cerdas itu. Mereka yang tak membuatmu ragu memamerkannya dalam duniamu.
Bodoh itu memang milikku. Cerdas,
hebat, terkenal, dan segala yang baik hanyalah milikmu. Dan wanita-wanita
cantikmu sebelum aku.
Mungkin yang kututurkan di atas
adalah cara yang paling tepat untuk menikam rasa. Menghentikan kebodohan.
Memusnahkan rindu yang mulai tercecer. Rindu yang tak lagi memiliki
penampung dan tempat untuk pulang.
Cara yang tak lagi menggoreskan
luka. Mengkhianati rasa. Dan rindu yang sia-sia. Sebab semua akan terkubur
dalam-dalam bersama jasadku. Tanpa ada lagi bekas. Selain gundukan tanah merah
yang mungkin tanpa bunga darimu.
Rindu dan arsenik bisa jadi
sejenis. Kembar. Satu golongan. Satu periode. Mematikan.
@fetihabsari
2 komentar
Keren.....
REPLYTerima kasih sudah mampir:)
REPLY