Kamis, 12 Maret 2020



Wisata Lombok memang identik dengan wisata pantainya. Salah satu pantai yang menjadi destinasi wisata saat berkunjung ke Lombok yaitu Pantai Tanjung Aan. Pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia ini memiliki tekstur pasir yang unik, yaitu seperti merica. Pantai yang satu ini banyak dikunjungi sebab menjadi tempatnya para pecinta snorkling dan slancar. Belum lagi para photographer yang jatuh cinta akan panorama alamnya yang indah.

Selain keindahan panorama alamnya yang menjadi surga tersendiri bagi kamu pecinta photography, pantai ini pun masih memiliki sisi keunikannya tersendiri. Masih dalam bidang potret-memotret pastinya.


Saat mengunjungi Pantai tanjung Aan ini, kamu yang belum terbiasa dengan suasananya pasti akan merasa tidak nyaman atas gangguan anak-anak kecil hingga pemuda di tempat ini yang banyak menawarkan dagangan hingga jasa. Jangan kaget jika kamu didekati oleh mereka dan menawarkan diri untuk menjadi tukang foto. Bukan layaknya tukang foto di tempat wisata yang bermodal kamera canggih, tetapi anak-anak ini hanya bermodalkan sedikit keterampilan. Anak-anak ini akan memotretmu dengan kamera ponsel pribadimu atau kamera yang kamu bawa sendiri.

Untuk yang tidak terbiasa pasti tidak akan percaya begitu saja. Memang pada mulanya banyak wisatawan yang menghiraukan tawaran anak-anak tersebut, tetapi ketika anak-anak tersebut selalu mengikuti dan mulai komentar perihal gaya berfoto yang pas, perlahan wisatawan mulai memberikan ponselnnya dan membiarkan anak-anak itu menjadi tukang foto dan pengarah gaya. Benar saja, hasil arahan gaya dan foto anak-anak tersebut bisa begitu pas dan indah sesuai dengan kondisi lingkungan pantai Tanjung Aan ini.


Tampang bahagia ini bukan sekadar bisa duduk berdua, tapi lagi ngobrolin kehebatan anak-anak Pantai Tanjung Aan yang bikin kagum sekaligus tertawa bahagia. Sebelumnya saya pernah mendengar dari sebuah sumber dan sempat menulis perihal "Kreatifnya anak-anak Pantai Tanjung Aan dalam mencari uang” di kesiniaja.com. Dan saat kemarin mengunjunginya semua itu benar terbukti dan sangat lebih dari ekspektasi.


Seperti halnya saat kunjungan saya ke tempat wisata yang unik dan indah ini. Setibanya di pantai Tanjung Aan, driver mobil yang kami sewa langsung mengarahkan kami perihal sewa menyewa perahu yang ditawarkan oleh beberapa pemuda setempat.

Saat ingin menyebrang ke Batu Payung akan ada sekelompok pemuda yang menawarkan kapal. Ternyata bukan sekadar kapal, tapi mereka juga bertanggung jawab menjadi guide dan tukang foto serta pengarah gaya. Satu buah kapal disewa secara pribadi yang mana isinya cuma kami berdua. Hasil tawar menawar harga nantinya akan dibagi rata setelah sebelumnya dipotong biaya sewa kapal ke si pemilik kapal. Yang mana saya merasa ternyata hasil yang mereka dapatkan itu nggak seberapa. Jadi, nggak perlu pelit untuk kasih tips ke mereka saat menggunakan jasanya ya.

“Mbak, mas, ayo kami antar ke Batu Payung sana. Rp 350.000 saja seharian plus nanti ke bukit Merese yang di sana itu juga,” ujar mereka sambil menunjuk tempat yang mereka tawarkan itu.

Awalnya saya ragu, karena dari yang saya baca di beberapa artikel untuk menuju Batu Payung dan Bukit Merese itu bisa diakses via darat. Setelah bertanya kepada driver yang kami sewa itu dan berunding, akhirnya saya dan suami memutuskan menerima tawaran para pemuda itu. Satu kapal dipegang oleh dua orang yang terbilang masih muda.



Kapal melaju kencang memecah ombak yang tak tenang menuju tujuan pertama, Batu Payung. Namanya Batu Payung, besar dan katanya berbentuk payung. Tapi kalau dilihat dari sisi lain terlihat seperti wajah manusia dengan sedikit rambut. Di sini ada pasir tiga warna, putih, hitam, dan satunya berbentuk seperti merica. Yang berbentuk merica ini enak sekali dipegang-pegang untuk mainan. Sebenarnya Batu Payung ada dua, yang satu terletak di tengah laut lepas yang tidak mungkin untuk dijangkau wisatawan.


Setelah puas berfoto dan minum air kelapa di Batu Payung, kami kembali diantar menggunakan perahu ke bukit Merese. Setibanya di sana, satu orang bertugas menjaga kapal, dan satunya lagi bertugas menjadi guide serta tukang foto kami. Kami diajak mendaki bukit dan menikmati keindahan yang ternyata sungguh luar biasa. Lelah sih, tapi semua akan terbayar saat kamu melihat luasnya hamparan lautan lepas dengan beberapa pulau kecil yang berjajar. Indah banget.




Di Batu Payung, kami menemui segerombol anak kecil yang sedang mengarahkan gaya sepasang mbak dan mas sembari sibuk mencari posisi pas untuk foto. Saat di Bukit Merese, kembali kami bertemu mereka yang sedang mengarahkan gaya tamu mereka seperti yang ada di tengah antara kami itu. Saat kami tanya usia dan sekolah, mereka itu masih duduk di bangku sekolah dasar. Inilah cara unik anak-anak dan pemuda sekitar untuk mendapatkan uang dari para wisatawan. Uniknya, anak-anak ini belajar otodidak bahkan saat ditanya perihal gaya foto, mereka lihat dari sinetron.



Ternyata bukan hanya pemudanya, tapi anak-anaknya pun ikut bekerja. Ditengah panas dan teriknya matahari, mereka mendorong dan menarik perahu ke tengah lautan, menjalankan mesin perahu, dan sesampainya di lokasi mereka sibuk menjadi guide dan tukang foto para wisatawan. Tapi mereka masih bisa tertawa riang saat diajak ngobrol, bahkan membuat kami tertawa dengan lepasnya. Betapa keindahan yang Tuhan ciptakan dan pengalaman bertemu dengan mereka semakin membuat kami mengucap rasa syukur tak terhingga kepada Sang Pencipta.

Menurut sumber setempat, dulunya anak-anak ini hanya menjual souvenir dengan meminta belas kasih pada turis yang datang. Kemudian ada seorang turis asing yang mengajari mereka memotret dan trik foto rekayasa, sebab untuk mendapatkan uang, haruslah memiliki keterampilan yang bermanfaat, bukan sekadar bergantung pada belas kasih. Sejak saat itu, anak-anak sekitar memperhatikan turis-turis berfoto dan juga belajar dari para pemandu perjalanan.

Semua kegiatan ini berjalan dengan sendirinya tanpa ada pihak yang mengorganisir. Cara unik anak-anak di Pantai Tanjung Aan untuk mendapatkan uang ini haruslah diapresiasi dan didukung. Tapi tetap ya, sebagai wisatawan, kamu haruslah selalu bersikap waspada dan jangan mudah percaya. Dengan mulai berkembangnya informasi ini, bukan tidak mungkin akan ada pihak-pihak nakal yang memanfaatkan keadaan.

Inilah cara unik anak-anak dan pemuda sekitar untuk mendapatkan uang dari para wisatawan. Uniknya, anak-anak ini belajar otodidak namun bisa sangat ahli mengoperasikan fitur-fitur yang ada di kamera ponsel serta mampu mengarahkan gaya dengan pas. Pastinya kamu nggak akan menyesal memberi mereka sebagian uang atas jasanya itu.



Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates