Sabtu, 21 Januari 2017




Sebagai salah satu tujuan wisata di Jawa Barat, Cirebon menawarkan banyak pesona dengan beragam keunikan. Mulai dari wisata sejarah, budaya, kuliner, sentra kerajinan, hingga alamnya yang memesona. Sayangnya, di pikiran saya belum pernah memikirkan untuk menjamah kota yang satu ini. Dan tiba-tiba, sepulang dari Banyuwangi, info trip Backpacker Jakarta keluar lagi. 

Saat membaca kata Cirebon, entah kenapa saya langsung memutuskan untuk ikut tanpa berfikir panjang. Ditambah lagi ada kata-kata one day trip di situ, yang artinya tanpa perlu cuti. Bahagia. Jelassss.

Menurut penelitian, perempuan yang tengah patah hati cenderung menghabiskan uangnya di salon untuk merubah penampilannya. Tetapi, dalam kamus saya menghabiskan uang di sini tidak untuk ke memperbaiki penampilan, tetapi justru untuk jalan-jalan. Dan perjalanan saya saat tengah patah hati biasa selalu dekat jaraknya dengan maut. Entahlah. Seperti di Banyuwangi lalu, dan perjalan-perjalanan seusai patah hati di tahun-tahun sebelumnya. Dan bersyukurnya, trip Cirebon ini terbebas dari kata horor dan maut.

Sebab Rumi pernah berkata, "Travel brings power and love back into your life."

Sendirian banget, neng.

Maka, pada tanggal 14 Januari 2017 pukul 23.00 saya sudah tiba di Sekretariat Backpacker Jakarta yang terletak di daerah UKI yang telah ditetapkan sebagai lokasi meeting point. Dan pada 15 Januari pukul 01.00 dini hari, kami semua berangkat menggunakan minibus. Ada 29 peserta trip dan dua CP (Kak Ayuai dan Kak Amien).

Sempat terjadi huru-hara sedikit sebelum perjalanan. Saat semua peserta masuk dan bersiap untuk berangkat, tiba-tiba bus dipenuhi asap yang cukup mengganggu pernafasan. Mau bertahan di dalam bus karena sudah pewe tapi asapnya menyiksa. Bikin sesak. Samalah seperti halnya kamu yang masih ingin tetap bertahan pada sebuah hubungan tapi nyatanya semesta tidak merestui. Sesak. Apalah. Bukan busnya yang mau meledak ternyata, tetapi APAR yang terdappat di bus tidak sengaja terinjak, katanya.

Perjalanan dini hari sangat lancar dan cukup nyaman. Tiba di sebuah rest area Kota Cirebon sekitar pukul 04.00. Di sini rombongan memiliki waktu istirahat yang cukup panjang sembari menunggu adzan subuh. Banyak yang turun dari bus untuk sekadar meregangkan otot dan kaki serta sarapan pagi. Tapi saya justru pulas tidur di bus. Pulas banget.

Tidur terusssss

Sekitar pukul 06.30 perjalanan dilanjutkan kembali langsung menuju destinasi pertama, yaitu Telaga Nilam. Termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai membuat perjalanan pagi itu ditemani panorama sawah serta pegunungan hijau yang memanjakan mata.

Tenang dan damai. Begitu kesan pertama saat tiba di tempat yang satu ini. Cocok untuk menyepi sembari main air. Selama belum banyak pengunjung yang datang, terlebih anak kecil. Kami tiba di tempat ini masih saangat pagi dan sebenarnya pun belum buka. Jadi lumayan sedikit eksklusif lah. Sebelum menceburkan diri ke air yang sebening kaca dan super dingin itu, kami sarapan bersama.

Airnya jernih. Jernih sekali. Batuan, rumput, dan segala macam yang ada di dalamnya bisa terlihat jelas dari atas. Saat menceburkan diri pun airnya tidak akan menjadi keruh akibat tanah yang terdapat di dasarnya. Dingin airnya jangan ditanya lagi. Seluruh tubuh bisa mendadak disko dan tidak mau berhenti bergetar saat masuk ke dalamnya. Super dingin. Tapi segar. Ada dua bagian kolam, untuk anak-anak dan dewasa yang hanya dibedakan berdasarkan kedalaman.


Telaga Nilam

Menuju siang, suasana telaga sudah mulai ramai pengunjung. Jika sudah begini, sebaiknya keluar dari kolam dan sudahi bermain airnya.

Maka sekitar pukul 10.30 kami melanjutkan ke destinasi kedua, yaitu Telaga Remis. Telaga ini tidak jauh lokasinya dari Telaga Nilam karena keduanya masih termasuk dalam satu kawasan. Berbeda dengan Telaga Nilam, di Telaga Remis ini pengunjung tidak diperbolehkan menceburkan diri ke telaga. Di sini banyak spot asik untuk berfoto atau sekadar duduk santai. Ada pula wahana sepeda air bagi yang ingin menjelajahi telaga di atas air. Suasanya teduh dan rindang.

Telaga Remis


Salam cantik dari dua gondrong

Sekitar pukul 12.00, kami melanjutkan perjalanan dari Telaga Remis menuju tujuan selanjutnya, yaitu Empal Gentong. Siang itu kami makan siang dengan mencicipi empal gentong khas Cirebon. Sambalnya unik, menggunakan cabai yang dikeringkan. Jika berkunjung ke Cirebon, belum lengkap rasanya jika tidak mencicipi kuliner khasnya yang satu ini.

Empal Gentong dengan sambalnya yang unik

Setelah kenyang, destinasi selanjutnya adalah Keraton Cirebon. Tiba di sini kami langsung dibawa berkeliling oleh guide yang menjelaskan ini dan itu. Masuk ke museum benda-benda kuno milik keraton, melihat kereta kencana, lukisan 3D  yang unik dan mengesankan, serta yang terakhir dan paling ditunggu adalah Sumur Agung.

Sumur yang berusia ratusan tahun ini memiliki debit air yang tidak pernah berubah pada musim hujan atau kemarau sekali pun. Airnya yang  selalu jernih dan tidak pernah ditumbuhi lumut ini konon memiliki khasiat melancarkan rezeki, menyembuhkan penyakit dan yang paling terkenal adalah melancarkan jodoh. Airnya segar untuk sekadar cuci muka bahkan mandi, dan layak langsung diminum.

Bismillahirrahmanirrahim

Di sini, semua peserta antre demi mencicipi segarnya air sumur dan yang pasti dengan harapan, enteng jodohnya. Aamiin.

Banyak kisah, banyak sejarah yang tak akan cukup jika hanya diterangkan sepintas lalu sambil berjalan mengelilingi keraton ini. Banyak yang menjual buku perihal sejarah Cirebon bagi yang ingin mengenal lebih jauh sejarahnya. Harganya sekitar Rp 20.000. Murah kok. Yang menjual pun rata-rata sudah tua, jadi dengan kamu membeli sama saja kamu membantu mereka.

Puas berkeliling keraton, perjalanan dilanjutkan menuju destinasi terakhir, yaitu Gua Sunyaragi. Bangunan di lokasi ini lebih mirip sebagai reruntuhan candi. Sedikit mengingatkan pada reruntuhan Candi Boko. Gua Sunyaragi, ternyata juga disebut sebagai Taman Air Sunyaragi yang ditujukan sebagai tempat menyepi atau tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon serta keluarganya.




Saat ke tempat ini, sebaiknya jangan menyentuh Patung Perawan Sunti. Konon siapa pun yang memegang patung batu tersebut akan sulit jodoh. Namun, jika tidak sengaja memegang patung tersebut, disarankan pergi ke Goa Kelanggengan yang berada tidak jauh dari pohon lengkeng. Konon, siapa pun yang masuk ke Goa tersebut akan enteng jodohnya. Jika sudah memiliki jodoh, dipercaya juga langgeng terus cintanya. Percaya tidak percaya, semuanya baik untuk dieksplore untuk menambah pengetahuan sejarah masa lampau.

Sayangnya, sudah tidak ada papan petunjuk yang menunjukkan mana yang bernama Patung Perawan Sunti. Jika kamu tidak mencari tahu sebelumnya dan lebih lagi tidak menggunakan guide, dijamin kamu tidak akan peduli dan hanya akan asyik berfoto.

Saya - Mas Wenda - Kak Dewi
Trio banget

Sekitar pukul 17.30 rombongan pun menuju sentra oleh-oleh Batik Trusmi sekalian makan malam yang dilanjutkan dengan sesi rujakan di parkiran. Beginilah yang namanya anak backpacker, kemana-mana yang dibawa hammock dan nesting, nggak peduli dipakai atau tidak. Makan bareng hanya beralas plastik dan lesehan di mana pun nggak jadi soal.

Rujakan

One Day Trip Cirebon Part 3 kali ini berjalan lancar dan menyenangkan. Selain cuaca yang cerah  sepanjang hari, para peserta yang menyenangkan dan yang pastinya kedua CP menjadi kunci sukses perjalanan kita kali ini. Belum lagi saat perjalanan pulang seluruh peserta menadapat souvenir dari CP. Kurang apalagi coba?

Pokoknya trip ini seruuu!!! Sepertinya sekarang saya akan lebih sering traveling bersama BPJ, tidak seperti dulu lagi. Sebab, sudah tidak punya lagi seseorang yang bisa diajak traveling bareng. Sekalipun memutuskan untuk solo traveling, setidaknya mengunjungi kota teman yang bersedia menjadi guide terlebih soal akomodasi. Nasib orang yang tidak bisa berkendara sendiri ini ya gini kalau mau jalan.



Taulah yaa kakak yang satu ini mah

Hobi kita sama,
Tidur selama perjalanan




@fetihabsari

Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates