Kamisan S3 #4; Menggarami Luka
Hati yang memilihmu tetap akan memilihmu, meski kecewa tak semudah itu tenggelam dan menghilang. Sebab menguburkan rasa kecewa tak semudah menenggelamkan diri pada ombak yang murka. Dan memakamkan rasa sakit tak semudah menggali lubang untuk menguburkan diri sendiri.
Tema Kamisan 4; Dokumentasi Mbak Yola
***
“Tahun
baru selanjutnya di mana ya?”
“Di
kamar.”
“Di
kamar masing-masing,” senyumku.
“Bareng
dong,” tegasnya sembari mengusap lembut kepalaku.
“Aamiin.”
Kuaminkan segala angan dan harapan baik yang terucap dari bibirmu.
Kami
masih duduk berdampingan tanpa saling menatap mata namun memandang langit yang
sama, langit gelap yang seketika terang benderang dihiasi cahaya berwarna-warni
dengan suara dentuman yang menambah semarak suasana. Hening tanpa percakapan
selanjutnya. Yang terdengar hanyalah doa-doa dan segala harap yang membumbung
ke langit gelap bercahaya.
“Kenapa
tahun baru identik dengan pesta kembang api yang kesannya malah membuang-buang
uang ya?” tanyaku kemudian setelah leburan cahaya yang menghias langit gelap
telah meredup dan dentumnya usai tak terdengar kembali.
“Bagi
sebagian orang mungkin akan berfikir seperti itu. Tapi untuk sebagian lainnya
mungkin juga tidak.”
“Maksudnya?”
“Di
beberapa negara misalnya Cina, kembang api
dipercaya mampu mengusir roh-roh jahat. Cahayanya menyimbolkan kemeriahan, kebahagian,
dan kemenangan. Di Jepang, ada festival kembang api Sumidagawa yang diadakan untuk
mendoakan penduduk yang meninggal akibat epidemi kolera dan kelaparan besar. festival
ini termasuk ke dalam tiga pesta kembang api terbesar di Tokyo.”
“Hhmmm,,, terus?”
“Kembang api juga dipakai dalam upacara
pernikahan, agama, menang perang, dan acara penting lainnya. Mungkin kembang
api mulai digunakan saat pesta tahun baru supaya di tahun yang baru kita bisa
lebih bahagia dan dijauhkan dari sesuatu yang buruk.”
“Ooh,,
jadi tergantung pemaknaan dari masing-masing orangnya ya. Doa-doa dan harapan
baik semacam make a wish di malam
tahun baru bisa saja terkabul dong ya?”
“Mungkin.
Selama doa dan harapan itu dibarengi juga dengan usaha.”
“Tahun
kemarin banyak sekali cobaan untuk kita, semoga tahun ini bisa semakin baik ya.
Dan ucapanmu yang kuaminkan barusan, semoga tak hanya sekedar ucapan yang
segera menguap.”
Ia
menatapku lekat-lekat. Mengusap lembut kepalaku. Senyum yang memunculkan lesung
pipi itu mengembang. Lebih indah dibanding kembang api malam ini.
“Aku
berjanji, untuk selalu membuatmu bahagia,” ikrarnya.
Kusandarkan
kepalaku pada pundak yang selama ini selalu nyaman dan menenangkan. Kuserap segala
hangat dalam rangkulan teduhnya.
Sayang,
jangan lagi kau buat api cemburuku meledak. Sebab kecewa tak semudah itu
tenggelam bersama kata maaf. Dan rasa sakit akan dengan mudah kembali menggema.
Jangan lagi kau biarkan aku menggarami luka atas kecewa-kecewa lalu yang tanpa
pernah sengaja telah kau pupuk tumbuh subur.
Hati
ini, hati yang tetap akan memilihmu. Kuyakin kita akan tiba pada sebuah ujung
yang penuh dengan doa dan dekapan bahagia. Ikrar yang menyatukan hingga ajal
memisahkan.
Kembang
api malam ini menjadi saksi dan turut mengaminkan segala doa dan harapan baik.
Maret 2015
@fetihabsari