Senin, 18 Agustus 2014

Surat Panjang Tentang Jarak Kita Yang Jutaan Tahun Cahaya
Oleh
Dewi Kharisma Michellia

Gramedia Pustaka, Jakarta,
Juni 2013
240 halaman; 20cm
ISBN : 978-979-22-9640-2

Ada surat panjang yang terlambat sampai. Tanpa nama pengirim, dan hampir basah oleh tempias hujan.

Sejak kecil kita berdua merasa diri kita adalah alien-alien yang tersesat di bumi.

Pria itu sudah melupakan seorang teman masa kecilnya saat sebundel amplop itu sampai di beranda rumah.

Kalau kau perlu tahu, aku hanya punya satu macam mimpi. Aku ingin tinggal di rumah sederhana dengan satu orang yang benar-benar tepat. Bila memang aku harus mencurahkan seluruh perhatianku, kepada satu orang itulah hal itu akan kulakukan.

Ia bahkan sudah melupakan mimpi-mimpi masa kecil mereka.

Berpuluh-puluh tahun lamanya, bahkan sejak kali pertama bertemu, aku telah memilihmu dalam setiap doaku. Sesuatu yang tak pernah kauketahui bahkan hingga hari ini. Dan bila kau suruh aku pergi begitu saja, di usiaku yang lebih dari empat puluh ini, aku mungkin telah terlambat untuk mencari penggantimu.

Dan ia tak tahu teman masa kecilnya itu masih mencintainya.

Surat-surat itu menarik pria itu ke masa lalu. Hingga ia tahu, semuanya sudah terlambat.

***

Surat Panjang Tentang Jarak Kita Yang Jutaan Tahun Cahaya adalah sebuah novel yang tersusun dari serangkaian surat panjang yang ingin disampaikan si tokoh aku yang menyebut dirinya sendiri sebagai alien. Surat-surat yang ditulisnya ingin ia sampaikan kepada teman masa kecilnya (si tuan alien).

Dari awal hingga akhir novel ini, kehidupan tokoh (si nona alien) begitu terasa miris dan kelam. Berisi sebuah perjuangan dan kesendirian. Kehidupan dan kesepian. Ia masih menyimpan rapi rasa dan harapan-harapan masa kecilnya hingga suatu ketika sebuah undangan dan kebaya tiba di tangannya.

Si tokoh (nona alien) memutuskan untuk menceritakan segala yang ingin ia ceritakan kepasa teman masa kecilnya (tuan alien) melalui sebundel surat-surat panjang ini.

"Jeda memberi kesempatan tumbuh dan berkembangnya suatu hubungan, lebih-lebih hubungan asmara. Namun, jarak yang begitu jauh terkadang justru memutus keterhubungan.
Bagiku kini, jarak kita telah mencapai jarak yang harus ditempuh selama jutaan tahun cahaya. Jarak yang tak akan dapat ditempuh dalam usia kita sebagai manusia."

" Diriku mungkin adalah bagian yang lemah. Yang seharusnya dimusnahkan."

Apakah kita akan memiliki kesempatan itu lagi dalam takdir pertemuan kita berikutnya?

Membaca novel ini kita di bawa oleh Dewi untuk turut merasakan apa yang tengah dirasakan oleh si tokoh yang mengalami pertahanan dalam sepi, konflik batin, dan pertarungan menemukan jiwa-jiwanya positif dan negatif dalam dirinya.

Di awal novel ini masih menarik bagi saya. Kemudian, tiba di halaman kesekian saya mengalami kejenuhan dan bosan untuk melanjutkan ke halaman-halaman selanjutnya. Novel ini sempat saya endapkan beberapa saat dan saya memutuskan untuk membaca 3 novel lainnya hingga tuntas untuk kemudian membaca novel ini dari awal (lagi) hingga tuntas. Dan akhirnya saya bisa membuat review ini.

3 for 5 stars.

Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates