Bertahan
Kamu bicara tentang 'bertahan'? Siapa sebenarnya yang sedang bertahan dan dipertahankan?
Siapa yang nyatanya melepas dan mengabaikan? Haruskah kubalik pertanyaan?
Nyatanya, logikaku lemah untuk mengucap semua.
Rasaku masih bertahan. Bertahan untuk tak sedikit pun menyakitimu.
Siapa yang nyatanya melepas dan mengabaikan? Haruskah kubalik pertanyaan?
Nyatanya, logikaku lemah untuk mengucap semua.
Rasaku masih bertahan. Bertahan untuk tak sedikit pun menyakitimu.
Lantas, bagaimana denganmu?
Masihkah kau memperjuangkanku seperti di awal tanpa ada tangis?
Masihkah kau peduli pada keadaan hatiku yang tanpa sadar tengah luka?
Masihkah kau memperjuangkanku seperti di awal tanpa ada tangis?
Masihkah kau peduli pada keadaan hatiku yang tanpa sadar tengah luka?
Kamu masih bicara soal hati. Kamu terus berucap janji. Lantas kita ini apa sekarang?
Harusnya aku yang harus tegas pada rasa.
Menempatkan logika sebagai benteng pertahanan rasa.
Menempatkan logika sebagai benteng pertahanan rasa.
Ingat, kamu yang telah melepas. Kini aku berusaha ikhlas.
Jangan lagi kau persulit hati yang turut belajar tulus.
Jangan lagi kau persulit hati yang turut belajar tulus.
Kuharap jangan lagi ada hati yang kau tarik ulur jika hanya sekedar untuk melepas (lagi).
Teruntuk, Kamu. Yang masih dipilih oleh rindu-rindu yang tak lagi tahu malu.
Teruntuk, Kamu. Yang masih menguasai rasa yang hampir mati rasa.
Dan....
Teruntuk, Kamu. Yang namanya masih terselip dalam rapalan mantra di sepertiga malam.
Teruntuk, Kamu. Yang masih menguasai rasa yang hampir mati rasa.
Dan....
Teruntuk, Kamu. Yang namanya masih terselip dalam rapalan mantra di sepertiga malam.
@fetihabsari