Travelfriends; Singapore
Cerita ini adalah tentang sebuah perjalanan. Perjalanan
nyata yang awalnya tidak terencana. Perjalanan di akhir November. Perjalan
bersama teman, dan tanpa kekasih.
(27 November 2013)
Malam sebelum keberangkatan ke Singapore, kami (Aku, Nanda,
dan Luke) sepakat untuk menginap di rumah Eno yang terletak di Jatiasih,
Bekasi. Alhasil, ngumpullah kami malam itu. Waktu sudah menunjukkan pukul
00.00. Sedangkan saya dan Eno belum bisa tidur. Jadilah kami mengungsi ke kamar
sebelah.
Tonight Show edisi curhat Eno dan Feti ditemani
dengan sekotak ice cream coklat dan cookies&cream. Curhat tentang masa
depan. Feti mulu yang curhat (itu sudah biasa). Penting nggak penting sih ya.
Terus, masa depan Eno gimana? Loh emang masa depan Feti udah jelas? *abaikan bagian di atas*
(28 November 2013)
Dengan mata yang dipaksakan melek, jam 03.00 kami harus
berangkat ke terminal Damri Kayuringin Bekasi. Tiba di terminal, batang
hidungnya Sulung belum kelihatan. Kami cemas menunggu Sulung yang biasanya
datang mepet. Syukurlah tak lama kemudian Sulung datang.
Kami tiba di Bandara Soekarno Hatta pukul 05.00 lewat
sedikitlah. Dan, entah efek ngantuk atau lapar, kami salah turun terminal. Kami
turun di terminal 3, padahal seharusnya kami turun di terminal 2. Akhirnya kami
naik shellter ke terminal 2. Dan
setibanya di terminal 2 kami bolak-balik mencari tempat check-in yang nggak kelihatan penampakannya itu. Untunglah ada Luke
yang dengan sangat amat rela keliling senidiri dan menyuruh kami istirahat.
Ada saja kisah konyol yang terjadi saat di bandara. Mulai
dari tragedi trolley, petugas
imigrasi yang jutek, dan banyak deh. Belum juga mulai start sudah banyak hal bodoh yang kami lakukan.
Jakarta-Singapore, satu jam dua puluh lima menit
lamanya perjalanan. Have a save flight!
Welcome To Singapore
Kami
tiba di Changi Airport Internasional
kira-kira pukul sembilan kurang waktu Singapore. Seperti biasa, kami
lirik-lirik, tengak-tengok, jalan-jalan dan foto-foto di Changi sebelum
akhirnya kami mengantre Singapore Tourism
Pass yang akan digunakan sebagai tiket untuk sarana transportasi kami
selama di Singapore. Singapore Tourism
Pass dapat digunakan untuk menaiki MRT, Bus, dan LRT. 30 dolar singapore
untuk 3 hari, dan pada hari terakhir, ketika kita mengembalikan STP itu, uang
10 dolar singapore kita akan kembali. Kalau di Indonesia itu semacam tiket comline gitu deh.
Setelah
dapat tiketnya, kami langsung naik MRT menuju penginapan Traveller@SG yang terletak di King
George Avenue. Kita tidak harus keluar Changi dan berjalan dulu ke stasiun,
sebab, jalur MRT sudah tersedia di bagian bawah Changi. MRT is nice. Woooww banget!
Serba
woow gitu deh di Singapore tuh. Jalanan yang tertib, bersih. Jangankan macet,
sampah di jalanan satu pun nggak ada. Mobil pasti akan mengalah sama pejalan
kaki yang mau menyebrang. Aaahh,, andai Indonesia bisa seperti itu.
Bisakah?
Semua
kegiatan di sana seperti berjalan sangat cepat. Eskalator yang sudah melaju
cepat saja masih kurang cepat tampaknya untuk mereka. Ketika kami berjalan atau
naik eskalator, pasti selalu menyingkir di sebelah kiri, sebab jalur kanan
hanyalah untuk mereka yang berjalan cepat. Sibuk sekali mereka itu.
Setibanya
di Travellers@SG, segala macam
reservasi langsung diurus sama Luke. Kami mendapat kamar nomor 301 yang
terletak di lantai tiga. Karena ini adalah hostel dan kami memilih kamar yang
berkapasitas delapan orang sedangkan kami hanya berlima, maka akan ada tiga traveller yang akan sekamar dengan kami.
Meskipun begitu, kamarnya cukup nyaman dengan tempat tidur yang kece deh.
Berhubung
traveller yang lain belum datang,
kamar itu kami kuasai dulu. Kami makan nasi lemak (yang tanpa disadari menjadi
makanan favorit kami selama di sana) yang kami beli di stasiun Lavender.
Setelah
merapikan barang-barang dan sholat, lalu kami memulai perjalanan. Selama di sana,
transportasi yang paling kami cintai adalah MRT. Stasiun terdekat dengan hostel
kami adalah stasiun Lavender. Tujuan pertama kami adalah Bugis, namun melihat
begitu ramainya Bugis, maka kami putar arah berjalan ngapelin si patung singa
bernama Merlion itu. Foto-foto, lalu kami beli es krim, jalan-jalan deh.
abaikan mbak-mbak di belakang |
Setelah
mengunjungi Merlion, waktu sudah beranjak senja dan kita melanjutkan perjalanan
ke Chinatown. Chinatown merupakan sebuah pusat perbelanjaan dan barang yang
ditawarkan harganya sangat murah. Terletak di sebelah selatan Singapura.
Setelah 'kalap' berbelanja, kami
beranjak mencari masjid untuk sholat ashar. Mencari masjid di Singapura
ternyata tidaklah sulit. That's nice!
Kami
sholat di Jamae Musholla. Dan, ternyata, masjid di sini sangatlah tertib. Bagi
muslim wanita yang menggunakan pakaian pendek (rok pendek, celana pendek, baju
pendek, dan teman-temannya yang serba pendek) disediakan baju panjang yang
menyerupai jubah. Karena saya dan Nanda pakai rok pendek kala itu, dan kami
tidak tahu peraturannya, dengan santainya kami nyelonong masuk, dan
langsung diberi tahu oleh petugas penjaga masjid.
Dari
Jamae Musholla kami lanjut ke Orchard Road. Lagi-lagi naik MRT dan jalan kaki.
Nggak ada angkot, ojek, apalagi becak. I
miss Indonesia. Berasa banget kalau di Indonesia itu manja karena sedikit-dikit
naik angkot, ojek, sedangkan di sini, jalan kaki.
Begitu
tiba di Orchard Road sudah malam. Sepanjang jalan di Orchard dihiasi
lampu-lampu jalan yang memanjakan mata. Indah! Orchard merupakan pusat retail
dan hiburan di Singapore. Banyak terdapat pertokoan yang menjual barang-barang branded yang
harganya uwooow bangeett...
Kemudian
kami makan di Food Hall Orchard,
sebuah food court dengan aneka macam
makanan. Di sana banyak aneka makanan khas Indonesia. Mulai dari masakan
padang, bakso dan mie ayam. Namun, tetap saja, rasa makanannya hhhmmmm :( I miss Indonesian food...
Belanjaa!!! |
Setelah
makan dan sholat magrib, kami berjalan menyusuri jalan sepanjang jalan Orchard
yang suasananya romantiiisss bangeett... Setelah lelah 'mengukur jalan', kami
kembali ke penginapan sekitar pukul 11 malam.
Sesampainya
di hostel, kami kedatangan tiga penghuni baru yang akan menempati kamar bersama
kami. Mereka adalah couple yang
berasal dari Belgia dan seorang pria yang entah dari mana, (yang satu ini
kurang bersosialisasi). Oiya, bule dari Belgia itu ternyata sudah seminggu
berada di Singapore. Dan dia ke Singapore hanya untuk berobat, karena ia
terkena kolera setelah sebelumnya ia berlibur di Indonesia dan makan bakso.
(29 November 2013)
Hari
kedua, kami bangun tetapi langit sudah sangat terik. Hari ini, tujuam pertama
kami adalah Science Center. Sebelum berangkat, kami sarapan terlebih dahulu. Membeli
nasi lemak favorit yang pastinya terjamin halal juga di stasiun Lavender.
sarapan |
Science
Center ini terletak di 15 Science Road. Kami naik MRT untuk sampai di sana
dengan berbekal peta dan rute MRT. Setibanya di stasiun Jurong East Station, kami harus berjalan kaki untuk
sampai di lokasi. Kami berjalan jauh dan hanya berputar disitu-situ saja,
semacam tersesat di sebuah kota, padahal buka hutan. Ketika memperhatikan
petunjuk arah yang terpampang besar di jalan, ternyata tempat yang kami tuju
sangatlah dekat dari stasiun tempat kami turun tadi. Hhhmmm…
Turis nyasar |
jadi, kita harus ke mana? |
Saking asiknya
kami berkeliling di dalam Science Center, kami tidak sadar kalau kami telah
terpisah. Saya hanya tinggal berdua dengan Sulung. Berhubung keadaan saya yang
sudah pegal dan ternyata Sulung juga merasakan yang sama, kami berdua
memutuskan untuk mengakhiri pencarian Nanda, Eno, dan Luke. Kami berdua
memutuskan untuk keluar dan menunggu diluar ditemani softdrink dan kentang
goreng dengan harga dolar.
Setelah kami
berkumpul kembali, kami melanjutkan perjalanan ke Marina Bay. Berkeliling di
Shopping Center yang kereen hingga tiba di gardens by the bay yang tidak kalah
menawannya. Hari sudah beranjak malam saat kami tengah santai di sini. Rasa lapar
pun merayap. Akhirnya kami memutuskan untuk mengisi perut di texax.
venesia di dalam mall |
Kami kembali lagi
ke Marina Bay untuk menikmati pertunjukan cahaya dan air terbesar di Asia
Tenggara. Gabungan cahaya, music, dan suara yang menakjubkan selama 13 menit di
tepian air. Menceritakan kisah universal tentang perjalanan hidup melalui sinar
elektrik dan efek laser.
Setelah menikmati
segala keindahan itu, kami berjalan kaki untuk menuju stasiun Bus terdekat yang
jaraknya cukup membuat kaki pegal. Kami melewati patung merlion lagi dan
berfoto-foto lagi dengan background malam hari. Membeli es krim lagi.
es krim favorit |
(30
November 2013)
Hari ini
seharusnya kami ingin berangkat pagi-pagi sekali, tetapi kesiangan karena
lelahnya kegiatan kemarin sampai malam yang pakai acara salah turun Bus yang
berakibat harus berjalan kaki panjang, panjaaaang sekali.
Kami ingin
bersenang-senang di Universal Studio Singapore kali ini. Kami harus ke Sentosa
Island menggunakan kereta yang berbeda lagi jalurnya dengan MRT. Serasa akan
dibawa ke luar planet rasanya. Seru bangeet!!
tiket kereta ke Sentosa Island |
Baru beberapa
menit di USS, langit mendung dan gerimis mulai turun. Baru dua wahana yang kami
nikmati, hujan deras mengguyur. Dikarenakan hujan yang cukup deras, banyak
wahana yang tidak beroperasi dan juga parade pertunjukan tidak berjalan. Agak sedih
sih sebenarnya, tapi yaa gimana lagi.
Kami menikmati
permainan hingga hari mulai gelap dan hujan masih enggan untuk berhenti juga. Basah
dan lelah sudah melekat bersama peluh.
(31
November 2013)
Last day. Setelah
malamnya membuat alarm dan nggak boleh sampai telat, akhirnya kami terpaksa
bangun dengan mata yang masih ingin terpejam. Kami harus bergegas menuju Changi
Internasional Airport.
siap-siap check out |
Bye Singapore |
Setibanya di
Changi, kami menukarkan tiket MRT dan mendapat kembali sepuluh dolar Singapore.
Dan saatnya terbang kembali ke negeri tercinta.
Changi menjelang Natal |