Senin, 22 Juli 2013

Dia memang selalu begitu, dingin.
Tapi begitulah dia, dan aku menyukainya.
Seperti aku menyukai ice mint yang membekukan lidah.
Mencairkan hatinya tidaklah semudah mencairkan ice mint di dalam mulutku.  

Aku ingat, pernah menyandarkan kepalaku di bahumu.
Pernah.
Dan aku tersenyum,
seperti Malaikat penjagamu yang selalu tersenyum karenamu

Namun, Aku tak mengerti...
Perlahan kau mulai menjauh.
Menghilang, bahkan...
Dan aku mulai terjebak dalam lingkaran kebekuan ini.
Aku justru mencarimu saat kamu berhenti memanggilku

Dunia ini bukan tentang hidupku saja, tapi juga hidupnya..
Suatu saat nanti, rasa sakit ini akan hilang.
Sama seperti hilangnya rasa cinta pertama.
Memang tak terlupakan, tapi sudah tak terasakan.

Bagaimana aku bisa merasa kehilangan sementara aku tidak pernah memilikinya.
Harusnya aku cukup mengenai mint ice cream-ku.
Selalu manis di awal dan pahit menyusul kemudian.
Kenyataanya, aku malah menangis.
Pahitnya meninggalkan nyeri di hati.

Buatku, dingin atau panas hanya sebatas rasa, seperti cinta.
Rasa apa pun yang pernah ada di dunia, selalu ada cara untuk menikmatinya.

Cinta masih sama, tapi keadaan memaksa untuk bersikap berbeda.
Jika ada satu hal yang boleh aku tanyakan.
Aku ingin bertanya, apakah kamu pernah mencintaiku walau sedetik?

Kemudian, inilah yang namanya hampa.
Ketika aku melihat sekeliling, tapi tak ada warna.
Ketika aku mendengar semua, tapi tak satu pun yang bisa aku cerna.
Aku tak menyadari ada cinta yang telah tumbuh, tahu-tahu, ia sudah mengisi seluruh hatiku dan begitu menyesakkan.

Mereka boleh tahu kalau aku mengagumimu dengan bahagia.
Tapi tak seorangpun boleh tahu kalau aku mencintaimu dengan merana.
Karena ternyata, perjalanan itu bukan hanya memindahkan ruang dan waktu.

Tapi juga hatiku untukmu.



Musikalisasi Puisi at #GoRights2013
Novel The Mint Heart karya @AyuwidyaA
dikreasikan sedikit oleh @fetihabsari
for @LoveBooksALotID

Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates