Rabu, 29 Mei 2013

Angin tengah berbisik tentang kerinduan, senja kini tengah tersenyum menampakkan sinar jingga yang menembus kulit memberi kehangatan. Kicauan burung gereja yang menari kesana-kemari terasa bagai nyanyian kedamaian. Hijau sepanjang mata memandang dan sejuk terasa di jiwa.
Reno terlampau menikmati suasana senja kali ini di sebuah kafe yang terletak di dalam kawasan taman kota. Reno sengaja memilih duduk di bagian luar kafe yang terbuka. Menghirup langsung udara sejuk dan menikmati pemandangan yang terhampar di sepanjang taman.
Tiba-tiba pandangannya tertuju ke arah sepasang anak kecil yang sedang menikmati es krim mereka masing-masing dan pada tangan yang terbebas mereka saling bergandengan tangan. Terlukis gurat ceria di wajah keduanya. Refleks, lengkungan senyum pun tercetak di bibir Reno.
Pemandangan itu mengingatkannya pada gadis kecil dengan rambut yang dikuncir dua. Ketika itu si gadis sedang menangis di bawah pohon rindang taman kompleks. “Kamu kenapa?” Reno menghentikan sepedanya di depan gadis kecil itu.
Bukan jawaban yang Reno dapat, justru tangisan gadis kecil itu semakin pecah. Ia kebingungan. Reno kecil tidak mengerti apa-apa, tapi ia enggan meninggalkan gadis kecil ini menangis sendirian. Reno mendekatinya dan tanpa sengaja menginjak es krim cone yang sudah menyatu dengan tanah.
Kini Reno mengerti penyebab gadis kecil itu menangis. Tanpa pikir panjang Reno langsung mengayuh sepedanya meninggalkan gadis kecil itu. Beberapa menit kemudian, Reno kecil kembali dengan membawa sebuah es krim strobery, persis seperti yang diinjaknya tadi.
“Ini buat kamu,kata Reno seraya menjulurkan es krim. Perlahan gadis kecil itu menengadahkan wajahnya sehingga dapat terlihat oleh Reno. “Jangan menangis lagi. Ini pengganti es krim kamu yang jatuh tadi.
Gadis kecil itu menyeka air matanya. Ia mengambil es krim yang terjulur dari tangan Reno, “Terima kasih,ucap gadis itu dengan lengkungan senyum yang teramat manis, meski masih terlihat sembab di matanya dan lembab di pipinya.
Melihat senyuman gadis kecil itu, hati Reno terenyuh. Senyuman itu seolah menyentuh jauh ke lubuk hatinya yang terdalam. Ia pun tersenyum melihat gadis itu menikmati es krim strobery-nya.
Merasa diperhatikan, gadis kecil itu menghentikan aktifitasnya menikmati es krim, “Kamu, kok, nggak makan es krim juga?”
Reno hanya menggeleng.
“Kenapa?”
“Uang aku cuma cukup beli satu buat kamu.”
Kini gadis kecil itu menjulurkan es krim ke hadapan Reno. “Kita makan berdua, ya?
Reno menggeleng lagi. “Buat kamu saja, aku nggak suka es krim strobery.
“Kamu nggak suka, tapi kok kamu beli buat aku?”
“Biar kamu nggak nangis lagi.
“Kamu baik banget, sih? Terima kasih, ya,” gadis kecil itu tersenyum. “Namaku Lili, kamu siapa?”
“Aku Reno!”
Sejak pertemuan di taman itu, mereka berdua saling bersahabat. Lili merasa aman selama ada Reno di sampingnya. Reno pun sangat senang bisa melindungi Lili.
Persahabatan mereka berlangsung hingga detik ini. Telah banyak kisah yang mereka lalui bersama. Canda, tawa, serta cinta yang terikat status persahabatan. Hingga pada akhirnya hal tersebutlah yang selama ini terkurung dalam status persahabatan dan kini telah meronta untuk terbebas lepas. Reno pun terhanyut oleh waktu dan keadaan yang membuat rasa cintanya meminta lebih.
Tujuh belas tahun sudah lamanya persahabatan mereka. Dan selama itu pula Reno menahan perasaannya. Rasa yang ingin terungkap namun enggan terucap hanya karena satu alasan: takut akan kehilangan.
Dan bagi Reno, mungkin kini saat yang tepat untuk mengungkapkan segalanya. Bertepatan dengan anniversary sweet seventeen persahabatan mereka – dan juga April Mop.

***
“Hai!” Lili mengagetkan Reno dari lamunan. “Bengong saja.”
Oh, damn, Lili cantik sekali sore ini! gumam Reno dalam hati saat melihat Lili di depannya. Malam ini, Lili tampak anggun walaupun hanya dengan mengenakan T-shirt yang dibalut jaket jeans. Ah, cinta, apa pun bisa berubah tampak indah bagi yang memandangnya.
“Jadi, kenapa tiba-tiba kamu mentraktir makan di kafe yang suasananya, hmm ...” Lili melihat seluruh penjuru kafe sambil menikmati live musiknya. “.... romantis dan cukup mewah ini? Kamu nggak habis menang lotere kan? Hahaaa ..” Lili tertawa. Sebuah tawa yang benar-benar membuat luluh hati Reno.
“Aku nggak menang lotere, kok. Kamu enggak tahu kalau aku yang punya kafe ini? Jadi wajar, donk, kalau aku traktir di kafeku sendiri, hee..” Reno terkekeh.
“Waw! Kamu serius? Perasaan selama kita bersahabat, kamu enggak pernah cerita punya kafe yang se-cozy ini,” Lili tampak jelas tidak percaya.
“April Mop!” Kata Reno sambil tersenyum dan merentangkan tangannya.
“Hahaa menyebalkan,” Lili pun merengut mendengar candaan dan lidah yang terjulur dari Reno.
Yes, aku berhasil mengerjai Lili! Reno pun berbangga diri dalam hati. Sebenarnya dia meyakinkan diri melakukan cara itu jika ditolak nanti.
Kemudian, mereka pun memesan makanan lalu menyantapnya sambil dipenuhi canda tawa, meski terkadang candaan tersebut garing. Ada saja yang mereka bicarakan dari masalah kuliah, komunitas, hingga masalah cinta. Untuk masalah cinta, mereka berdua sangat antusias membahas masalah tersebut. Membicarakan gebetan –yang sialnya– mereka saling tidak jujur mengungkapkan identitas gebetan masing-masing. Reno mengaku sangat mencintai Vina, kakak tingkatnya di Fakultas Teknik. Adapun Lili mendeklarasikan diri mengagumi Iman, tetangga sekaligus teman seangkatan di SMA. Padahal jauh dari lubuk hati terdalam, mereka saling mencintai satu sama lain. Persahabatan yang telah terjalin indah sejak kecil mengungkung diri mereka untuk saling jujur. Tidak ada yang mau berani keluar dari zona nyaman hanya untuk sekedar saling terbuka akan perasaan masing-masing. Persahabatan dan cinta adalah dua sisi berlainan dan tak dapat disatukan, begitu pemikiran mereka.
Tapi hari ini, Reno berpikiran lain. Sudah cukup persahabatan mereka. Reno ingin lebih, menjadi kekasih Dina. Dan ia ikrarkan diri untuk menyatakan perasaannya malam ini. Ia ingin menembak Lili dengan cara elegan, yakni memanfaatkan momentum April Mop. Jadi, jika Reno mesti menelan pahitnya ditolak, ia masih bisa tetap tersenyum karena akan mengatakan, “April Mop!”
“Tadi pagi kamu bilang ingin membicarakan masalah serius. Jadi masalah serius apa sampai-sampai sampai mesti ngobrol di kafe yang suasananya romantis seperti ini?” tanya Lili.
 “Aku suka sama kamu Li!” ucap Reno dengan tegas dan tanpa basa-basi.
“Aku juga suka sama kamu!” balas Lili dengan mudahnya.
“Kamu serius, Li??” pekik Reno dengan ekspresi bahagia.
“Iya. Aku suka sama kamu! Kalo aku nggak suka sama kamu, aku nggak akan mau jadi sahabat kamu kan?!” jelas Lili.
Raut bahagia di wajah Reno seketika lenyap seolah tersapu oleh badai yang baru saja meluluhlantakkan perasaannya.
“Jadi, maksud kamu suka sebagai sahabat, Li?”
Lili mengangguk.
“Li ...” wajah Reno berubah menjadi serius, matanya tajam menatap ke arah mata sahabatnya itu.Aku sayang dan suka sama kamu lebih dari sahabat. Aku telah jatuh cinta sama kamu, Li!!”
Lili tersenyum dan menggenggam kedua tangan Reno yang membeku di atas meja.
“Maaf, Ren, aku nggak bisa terima kamu lebih dari seorang sahabat!” ucap Lili dengan senyum tanpa penyesalan.
“April Mop!!!” kata Reno sambil tersenyum dan merentangkan tangannya. Namun senyumnya kali ini adalah senyum palsu untuk menutupi pahitnya ditolak oleh sahabatnya sendiri. “Hahaa aku cuma bercanda, kok! Aku sedang latihan untuk menyatakan perasaanku pada Vina.”
Tiba-tiba air muka Lili berubah. Tampak kekecawaan menggelayuti dirinya. Tanpa disadari Lili, sebulir air mata jatuh dari pelupuk matanya. Hal ini disadari oleh Reno.
“Kamu kenapa?” tanya Reno bingung.
“Aku kira kamu sungguh-sungguh menyatakan perasaanmu padaku. Tadi aku ingin lihat kesungguhan itu dari dirimu. Tapi kenyatannya? Ah sudahlah mungkin aku yang berlebihan dalam berharap bahwa persahabatan kita bisa berubah menjadi rasa cinta dan saling memiliki sebagai kekasih,” tumpah semua segala rasa yang selama ini tersimpan di hati Lili.
Reno pun hanya bisa diam. Mukanya pun berubah menjadi pias. Dia pun hanya bisa merutuki kesalahan yang telah diperbuatnya tanpa tahu harus melakukan apa.
Tiba-tiba band kafe menyanyikan lagu A Thousand Year milik Christina Perri.

And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I love you for a thousand more

“Lagu ini, kami persembahkan untuk Reno yang sore kali ini akan menyatakan perasaannya kepada Lili,” kata sang vokalis kafe disela lagu sambil diiringi riuh tepuk tangan pengunjung kafe lainnya. “Teruntuk Lili, Reno sangat mencintaimu. Please, enjoy this song!”
Sebenarnya lagu ini ingin dipersembahkan Reno jika ia diterima oleh Lili. Namun tampaknya band kafe itu tidak membaca situasi yang terjadi. Karena mendengar lagu itu ditambah semangat dari para pengunjung, tiba-tiba Reno beranjak dari tempat duduknya dan menuju panggung. Berbincang sebentar dengan sang vokalis, lalu ia mengambil mic.
          “Untuk Lili, sahabatku dari kecil. Tak ada lagi yang ingin kututup-tutupi saat ini. Tak ada lagi kebohongan untuk saling menutupi perasaan masing-masing. Aku ingin jujur bahwa aku sangat mencintaimu, Lili? Maukah kau menjadi kekasihku?” tanya Reno dengan kesungguhan.
          Lili tak bisa berkata-kata lagi, selain memberikan anggukan sebagai jawabannya.

Jakarta dan Bogor, 29 Mei 2013

Feti Habsari dan Haqi Zou Fadillah
#ALoveGiveaway


Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates