Selasa, 20 September 2016



Indonesia itu kaya. Kaya akan keindahan alam, potensi sumber daya, keberagaman suku dan budaya, serta banyak kekayaan lain yang semuanya hanya lengkap ada di Indonesia. Indonesia memang di dominasi oleh beragam suku dan budaya yang pastinya juga bahasa. Apakah kemudian semua keberagaman itu membuat Indonesia menjadi terkotak-kotak bahkan terpecah? Tidak. Itulah indahnya Indonesia. 

Melalui sebuah acara yang digelar pada Sabtu, 17 September 2016 di Pendapa Dinas Kebudayaan DIY inilah salah satu bukti bahwa Indonesia tetaplah satu meski dengan beragam kearifan lokal yang ditampilkan. Semboyan 'Bhineka Tunggal Ika' bukan sekedar slogan, namun sebuah wujud nyata yang hadir di tengah kita semua. Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan kebudayaan, sebagai daerah yang istimewa menjadi jembatan penghubung tempat bertemunya ide tersebut. Mempertemukan keanekaragaman dalam kesatuan melalui seni dan budaya.

Penonton yang sudah mulai ramai di meja pendaftaran

Mimbar Pertunjukan Sastra Nusantara diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Istimewa Yogyakarta dan dikuratori S. Arimba serta Anes Prabu Sadjarwo. Menampilkan perwakilan lima provinsi yakni Papua Barat, Kalimantan Selatan, Bangka Belitung, Aceh, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Provinsi Papua Barat

Provinsi Kalimantan Selatan

Kelimanya mempertunjukkan kekhasan daerahnya masing-masing dalam sebuah bentuk pertunjukan sastra yang bisa kita saksikan bersama dalam satu panggung. Pertunjukan yang disajikan pun dalam bahasa daerahnya masing-masing. Terbayang kan betapa kaya dan indahnya Indonesia melalui keberagaman yang tetap satu. Jangan khawatir kebingungan untuk memahami bahasa daerah yang ditampilkan, sebab telah disediakan buku yang mencakup sinopsis dan terjemahan untuk dibagikan pada penonton sehingga memudahkan memahami jalan cerita.

Provinsi Aceh

Probinsi Bangka Belitung

Acara ini merupakan bentuk apresiasi terhadap nilai luhur yang terkandung dalam khazanah sastra Nusantara. Sastra merupakan sebuah dunia reflektif dan sebuah sarana untuk memanusiakan manusia di Nusantara sebelum terbentuknya Indonesia. Tema besar yang diangkat dalam acara ini adalah “Satu Dalam Kebhinekaan” yang mana memang menggambarkan kesatuan bangsa melalui beragam nilai lokal dan disajikan dalam satu panggung.

Malam itu penonton dibuat kagum dan semakin mencintai bangsanya sendiri dengan beragam pertunjukan yang luar biasa. Selalu ada kejutan dan magnet tersendiri yang mampu menarik penonton disetiap pertunjukannya. Musik, tarian, drama, bahasa, semuaanya memiliki keistimewaannya masing-masing. Yogyakarta memang selalu seru untuk dikenang, termasuk juga dengan seluruh acara-acaranya yang digelar. Bukan hanya sekadar acara, tetapi juga sebuah pembelajaran dan penyadaran diri.

Angkringan


Asyiknya lagi, bukan hanya sekadar menyaksikan pertunjukan sastra dari beragam daerah, penonton yang hadir juga disuguhkan beragam makanan angkringan khas Jogja secara gratis. Semuanya gratis. Acara ini berlangsung lancar dan sukses dengan antusiasme penonton yang berjejal. Meski sempat sedikit gerimis dan akhirnya hujan, tidak menghalangi semangat seluruh panitia, pengisi acara, undangan, dan juga penonton.

Selamat untuk para panitia dan kurator
untuk acara yang sukses dan keren

Dan saya baru sadar, saking asyiknya nonton dan jadi tukang foto, sampai-sampai tidak punya foto sendiri di acara ini. Besoknya, main salah-salahan sama yang punya acara karena nggak saling peka buat ajak foto bareng. Sedih... Kita kok ya jadi pasangan nggak romantis banget sih. 

Nontonnya ditemani juragan buku
dan sepasang penyair idola



Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates