Senin, 28 September 2020

 



Kampung Suku Sasak di Pulau Lombok telah menjadi sebuah Desa Wisata yang masih terjaga adat dan budayanya hingga saat ini. Maka saat Lombok sudah masuk dalam list destinasimu, pastikan juga Desa Sade masuk ke dalam agenda trip.

Di sini kita akan hanyut dalam kesederhanaan dan kedamaian tradisinya yang kental. Suasana pedesaan dengan gang-gang sempit yang bertingkat bisa  dinikmati dengan berjalan kaki mengitarinya. Di desa kecil ini kita bisa menemukan keunikan budaya serta tradisi Suku Sasak yang wajib banget kamu tahu.


Hampir sama seperti di Desa Sukarare, setiba di parkiran kita akan disambut oleh warga lokal yang siap jadi guide untuk berkeliling Desa Sade tanpa pasang tarif harga. Di sinilah dibutuhkan kesadaran kita untuk menghargai jasa seseorang. Saya merasakan sekali ketulusan dan kesabaran mereka selama menjadi guide kami. Menuntun kami memulai perjalanan dari awal, menjelaskan secara detail satu demi satu hal-hal yang terdapat di tempat ini, menawarkan berbagai hal dengan santunnya. Sungguh keramahan khas Indonesia yang indah.



Terletak di Desa Rimbitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Berjarak sekitar 10 km atau 15 menit perjalanan dari Bandara Internasional Lombok Praya. Jika dari Kota Mataram dibutuhkan waktu tempuh sekitar dua jam.


Di Desa ini masih lekat dengan budaya gotong royongnya. Ini merupakan cerminan dari sebuah budaya dan kearifan Suku Sasak Desa Sade yang patut dijadikan contoh serta tauladan dalam kehidupan sehari-hari.


Kampung Suku Sasak atau yang lebih dikenal dengan Desa Sade ini terdiri atas 150 rumah. Di sini, masyarakatnya masih menjaga tradisi tenun yang telah turun temurun. Memintal kapas merupakan salah satu mata pencaharian selain bertani. Sebagian pun ada yang menjadi tour guide semenjak Desa Sade dikenal sebagai desa wisata.


Rumah adat (Bale Tani) desa ini dibangun dari bahan-bahan yang alami beratap rumbia khas Sasak. Salah satu bangunan yang menjadi icon merupakan bangunan lumbung padi yang sangat khas. Masyarakat Suku Sasak merupakan penganut Islam, maka di desa ini terdapat masjid yang bagunannya pun tradisional.



Ketika kami ditawarkan untuk masuk ke dalam salah satu rumah khas penduduk Desa Sade, itu merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Membayangkan bahwa sepertinya saya tidak akan sanggup jika tinggal di dalamnya.


Rumah penduduk asli Desa Sade terdiri atas dua ruangan. Ruangan dalam diperuntukkan bagi wanita sekaligus dapur. Sedangkan ruangan luar diperuntukkan untuk anggota keluarga lainnya dan sebagai ruang tamu. Yang unik, mereka membersihkan lantai dengan kotoran kerbau agar mengilat, licin dan terlindung dari serangga.


Di rumah-rumah Desa Sade banyak dijajakan oleh-oleh khas Lombok, mulai dari tenun, kaos, patung, dan beragam pernak-pernik. Hasil tenun merupakan ciri khas dari desa ini, maka Bagi anak gadis di desa ini diwajibkan bisa menenun, sebab jika tidak bisa menenun mereka tidak diperbolehkan menikah atau akan menjadi pembicaraan warga.



Saya membeli kopi bubuk khas Desa Sade yang dijual langsung oleh penduduk setempat saat baru saja ditumbuk. Murah. Saya lupa berapa rupiah tepatnya, tapi yang pasti murah kok. Yang jual pun sudah sangat sepuh dan sulit berbicara bahasa Indonesia, maka guide akan menjadi penghubung komunikasi di sini.


Inilah sebagian kecil kekayaan budaya Indonesia yang masih dengan jelas terjaga. Beriringan bersama keramahan yang tulus di sebuah sudut surga Indonesia.


Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates