Rabu, 26 Juli 2017




Siapa sangka bahwa Kampung Wisata Jodipan yang lebih dikenal dengan kampung warna-warni ini dulunya merupakan pemukiman kumuh. Namun kini di setiap akhir pekannya kampung ini selalu dipadati oleh ratusan pengunjung dari dalam hingga luar Kota Malang.

Warga setempat tetap melakukan aktivitas kesehariannya seperti biasa meskipun banyak wisatawan yang berkeliling dan menyusuri gang-gang sempit di dalam kampung yang terletak di bantaran Sungai Brantas ini.




Saat masuk ke dalam Kampung Wisata Jodipan ini pengunjung akan dikenakan biaya masuk Rp 2.000 per orang. Dan yang sangat saya kagumi dari warga setempat yaitu, pengunjung akan diberikan semacam souvenir berbentuk gantungan kunci yang bentuk dan bahannya beragam hasil buatan tangan sendiri. “sebagai pengganti karcis tiket masuk”, kata salah satu ibu yang menjaga loket pintu masuk.

gantungan kunci dari bahan flanel

Di sini saya menangkap bahwa warga setempat tidak lantas mengeksploitasi kampungnya yang kini tengah naik daun menjadi objek wisata alternatif dengan mematok tarif masuk dengan harga tinggi. Cukup dengan harga yang saya anggap sangat murah, tetapi warga setempat justru menukarnya dengan sebuah souvenir. Jadi, anggap saja seperti kita membeli sebuah souvenir, bukan membayar tiket masuk. Saya mengagumi kreativitas para warga setempatnya. Padahal, uang masuk sebesar Rp 2.000 per orang itu juga dipergunakan untuk biaya mengangkut sampah dan perawatan lingkungan Kampung Jodipan.

Ada sekitar kurang lebih 107 rumah warga yang dicat dan digambar dengan sangat cantik dan apik. Inisiatif untuk mengecat dan menggambar kampung ini bermula dari sejumlah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. Jodipan dipilih karena memiliki landskap yang bagus saat ditengok dari jembatan Jalan Gatot Subroto.





Mulanya pengecatan dimaksudkan agar perkampungan tidak terlihat kumuh. Dan juga dengan banyaknya wisatawan yang datang berkunjung dapat memberikan warga kesadaran untuk tidak lagi berperilaku membuang sampah ke sungai.

Selain kepedulian warga terhadap lingkungan, meningkatnya wisatawan juga memberikan dampak positif bagi perekonomian warga setempat dengan menjual makanan, minuman dan pengelolaan parkir. Kini pemerintah Kota Malang telah menetapkan Kampung Jodipan yang mulanya terancam penggusuran sebagai objek wisata.

Seperti objek wisata lainnya, Kampung Wisata Jodipan ini mulai dikenal meluas sejak kemunculan foto-fotonya di media sosial. Meski tempat ini masih terus dalam tahap pengerjaan, namun eksistensinya sudah berhasil membawa ratusan wisatawan untuk berkunjung meski hanya sekadar berkeliling atau pun selfie dengan latar bangunan yang berwarna-warni.

Kampung warna-warni memang tak hanya ada di Malang. Sebelumnya sudah lebih dulu dikenal kampung warna-warni di pinggiran Kali Code, Yogyakarta. Belum lama juga mulai dikenal kampung warna-warni di kawasan Kota Semarang.

Bisa terlihat bahwa semakin lama tingkat kreativitas semakin meningkat untuk terus menciptakan dan mengembangkan objek wisata alternatif yang tidak hanya menarik tetapi juga mementingkan aspek-aspek lain seperti perilaku dan juga perawatan lingkungan.






@fetihabsari

Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates