Minggu, 09 April 2017





Gili Labak, sebuah pulau kecil nan eksotis yang berada di ujung timur Pulau Madura. Memiliki pasir putih beserta air laut yang biru jernih pastinya mampu memikat siapa saja untuk mengunjungi pulau cantik yang satu ini. Keberadaannya yang masih sedikit diketahui wisatawan ini membuat pulau ini masih terbilang sepi dari wisatawan. Hal ini menyebabkan kita bisa bersantai dan berlama-lama menikmati keindahan di ujung timur Pulau Jawa ini.

Siapa sangka pulau cantik ini dulunya merupakan sarang tikus sehingga disebut Pulau Tikus. Tapi tenang, kini pulau ini telah menjelma bak mutiara kecil di ujung timur Pulau Madura. Eksotis dan memukau. Indah dan memanjakan.



Meski begitu, bersiap untuk bersahabat dengan matahari yang sangat terik. Matahari di Pulau Madura bisa dengan sukses membuat kulitmu gosong meski sudah berbalur sunblock dengan SPF tinggi. Kulit menggosong itu yang namanya menikmati liburan, bukan? Jika tidak mau gosong, liburannya ke mall saja.

Siapa bilang kalau pulau ini cyma punya pasir putih dan air laut yang jernih? Di Gili Labak ini kita bisa snorkeling, mengelilingi pulau dengan hanya berjalan kaki, menikmati gusung pasir yang indah, dan pastinya banyak spot berfoto di tempat ini.

Di Gili Labak tidak terdapat penginapan atau sejenisnya. Hanya ada beberapa warung yang terbuat dari kayu sederhana untuk menjajakan makanan dan minuman. Pulau ini terbilang masih cukup privat. Kemarin kami mengunjunginya di hari Sabtu, tetapi tidak ada pengunjung lain yang meramaikan tempat ini. Jadi memang destinasi yang recommended untuk disinggahi.



Terletak di Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep, Madura. Sebenarnya ada beberapa rute yang bisa dilalui untuk sampai ke Gili Labak. Selain dari Pelabuhan Kalianget, Gili Labak juga bisa diakses dari Desa Lobuk, Tanjung Saronggi, dan Desa Kombang. Pelabuhan Kalianget merupakan rute yang paling banyak digunakan karena letaknya yang strategis sehingga mudah untuk diakses.

Gili Labak dapat ditempuh dari pelabuhan Kalianget menggunakan kapal selama kurang lebih 2 jam. Kapal yang bermuatan sekitar 15 orang itu biasa disewa dengan tarif Rp 350.000-Rp 400.000 untuk PP Kalianget-Gili Labak. Untuk menuju Pelabuhan Kalianget, bisa diakses menggunakan bus atau angkutan umum dengan tujuan akhir Terminnal Kalianget.


Di Kalianget ini juga bisa bermalam sebelum melakukan penyebrangan ke Gili Labak keesaokan paginya. Kemarin, saya bersama rombongan bermalam di rumah kepala desa setempat yang sepertinya memang sudah biasa dijadikan tempat menginap bagi rombongan.

Kemarin, saat menyebrang ke Gili Labak, cuaca mendukung. Langit cerah dan gelombang laut cukup tenang. Tiba di spot snorkeling pertama tidak cukup memukau. Terumbu karang di sekitar banyak yang mati, ikan pun hanya terlihat satu dua yang lalu lalang. Sebelumnya orang kapal sempat menemukan bintang laut berwarna biru saat menyelam untuk membawa tali jangkar, namun saat saya turun ke dalam air, tidak ada satu bintang laut pun yang saya lihat. Pada intinya, pemandangan bawah laut di spot pertama tidak cukup memuaskan.

Seusai itu, kami menuju ke Pulau Gili Labak. Pasir putih lembut langsung menyapa, gradasi perairan tosca berpadu biru gelap benar-benar eksotis. Ada sudut yang menjadi favorit saya dan teman-teman untuk berenang dan rasanya tidak ingin keluar dari air. Air yang jernih dan segar memang menggoda sekali untuk berlama-lama di dalamnya, meski matahari Pulau Madura sungguh terik dan membakar kulit.



Seusai puas menjelajahi Pulau Gili Labak dan bermain air, kami melanjutkan ke spot snorkeling yang kedua. Di spot inilah cukup memuaskan. Banyak ikan yang berdatangan dengan terumbu karang yang juga lumayan beragam. Sayangnya, ombak sudah mulai tidak bersahabat. Kegiatan snorkeling pun tidak bisa dilakukan dengan berlama-lama.





Sebelum kembali ke Pelabuhan Kalianget, kami mampir ke Pulau Pantai Sembilan. Di Pulau ini sudah banyak terdapat penginapan yang dibangun dengan bentuk yang cukup menarik. Banyak spot buatan yang memang dibuat untuk menarik para pengunjung. Pulau ini terbilang sudah ramai dan banyak mengalami pembangunan.

Satu-satunya yang bisa saya nikmati di pulau ini adalah sunset yang mengembalikan kenangan-kenangan yang telah lalu. Mungkin ini cara Tuhan untuk menghadirkan kembali kenangan baru untuk menggantikan yang lalu.



Kalau dalam cerpen Cerita di Hari Valentine milik Agus Noor adalah, "Senja hanyalah cara waktu menguji, seberapa tabah engkau mencintai."

Belum sampai tenggelam matahari, kami melanjutkan perjalanan menuju Kalianget. Menikmati golden sunset di atas kapal ditemani sepoi angin memang sebuah nikmat yang tak terbayar. Sebab keindahan matahari tenggelam hanya bisa dinikmati oleh kedua mata, bukan melalui gambar.




@fetihabsari

Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates