Senin, 26 Desember 2016


Welcome to Menjangan Island


Pulau Menjangan merupakan sebuah surga tersembunyi bagi para pecinta keindahan bawah laut. Termasuk ke dalam Taman Nasional Bali Barat, pulau yang masih sangat alami ini memiliki spot snorkeling hingga diving yang super keren.

Terletak di sebelah utara Taman Nasional Bali Barat, tepatnya di Desa Klampok, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Inilah sepenggal alam Bali yang masih terjaga dengan hamparan pasir putih dan taman bawah lautnya yang eksotis.

Aku menunggumu


Banyak Dori (ikan biru di Finding Nemo) hahah
Di Pulau ini banyak terdapat rusa liar yang semakin lama jumlahnya semakin menurun, sehingga pemerintah menjadikan tempat ini sebagai Taman Nasional Bali Barat. Hal ini merupakan upaya untuk membangun konservasi bagi kelestarian rusa dan keanekaragaman hayati yang ada di pulau ini.

Pulau Menjangan sangat dikenal dengan wall-divingnya. Wall-diving merupakan kegiatan menyelam dengan mengikuti lajur tebing bawah laut. Tebing bawah laut Pulau Menjangan memiliki kedalaman antara 20 hingga 60 meter. Meski begitu, di kedalaman 10 meter pun wisatawan sudah bisa menemukan terumbu karang dan beragam jenis biota laut yang memukau.

My Brother, My Partner


Dikelilingi oleh terumbu karang berbagai bentuk. Formasi batuan karang sedalam 60 meter yang meembentuk palung laut ini memiliki gua-gua kecil dan besar yang berfungsi sebagai habitat terumbu karang dan biota laut. Di dasar lautnya, Pulau Menjangan juga merupakan tempat hidup bagi spesies tuna, jackfish, batfish, angelfish, penyu laut, dan juga hiu. 

Spot-spot populer untuk diving di tempat ini antara lain, Eel Gardens, Secret Bay, dan Anchor Wreck. Yang menarik di spot Anchoe Wark adalah terdapatnya bangkai kapal yang telah berkarat lengkap dengan jangkarnya. Kapal ini merupakan kapal Belanda yang tenggelam pada abad ke-19 saat Perang Dunia II. Saat menyelam di dalamnya, kita akan menemukan peti dengan isi perabot keramik yang telah ditumbuhi karang, penyu dan hiu.

Saya menyebrang dari Pantai Bangsring (Bangsring Underwater), Banyuwangi menggunakan perahu nelayan yang berisi 10-12 orang. Kami diajak singgah sejenak di Pulau Menjangan untuk melihat-lihat daratan dan berfoto. Setelahnya, kami di bawa ke dua spot untuk kegiatan snorkeling. Airnya biru dan memiliki kedalaman yang cukup dalam. Sayangnya, sepanjang perjalanan laut terlihat kotor oleh beragam sampah kayu dan plastik.

Lagi mikir antar mau nyebur atau nggak
lautnya lagi banyak sampah

Sungguh disayangkan hal tersebut sedikit membuat malas untuk menceburkan diri ke dalam laut. Meski memiliki taman bawah laut yang sungguh menawan, tetapi lautnya tampak kotor dari atas, hal ini pasti akan membuat enggan para turis nantinya. Tampaknya kita harus lebih peduli lagi terhadap alam sekitar untuk menjaganya tetap lestari.

Taman Nasional Bali Barat ini memiliki pura yang sungguh megah, sayangnya kami tidak singgah ke tempat itu. Saat snorkeling di kedua tempat telah berakhir, kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Tabuhan, Banyuwangi. Namun, tiba-tiba datanglah gelombang besar dengan sedikit badai dan hujan lebat. Saat itu persis perahu kami melewati pura megah tersebut. Siapa pun pasti akan tertarik untuk mengabadikannya, termasuk saya.

Dan ternyata, menurut seorang teman yang memiliki kemampuan (indigo), gelombang badai besar yang menyerang kami diakibatkan kami merekam dan memfoto pura tersebut. Teman tersebut diberi pesan untuk menyampaikan bahwa siapa pun yang mengabadikan gambar pura tersebut harus segera dihapus. Sebenarnya tidak ada pantangan untuk mengabadikan kemegahan pura tersebut, namun jika ada yang sedang ibadah di tempat tersebut, sebaiknya jangan direkam atau difoto meski dari kejauhan. Percaya tidak percaya, kita tetaplah hidup saling berdampingan. Dan saya belum menghapus foto serta rekaman pura tersebut.

Saat perahu terombang-ambing di tengah lautan dengan gelombang badai yang luar biasa itu, kami yang sebelumnya ceria dan tetap foto-foto di atas kapal seketika menjadi bisu. Mengambil pelampung masing-masing sembari dibarengi dengan doa dalam hati masing-masing. Sedangkan kedua awak kapal berusaha melajukan kapal dengan seimbang dan lolos dari gelombang badai dengan tubuh yang gemetar.

Setelah hampir sekitar satu jam terombang-ambing di tengah lautan dengan gelombang badai yang tinggi, akhirnya kami bisa tiba dengan selamat di Pulau Tabuhan, Banyuwangi saat menjelang matahari tenggelam. 


Setiap perjalanan memang memiliki ceritanya masing-masing, begitupun bersama teman-teman Backpacker Jakarta. Teman baru, keluarga baru. Si adek yang baru pertama diajak ngetrip dan bersama BPJ pun langsung nyaman dan dapat banyak teman ngobrol.

BPJ RT 22


Dibalik foto kece, ada fotografer yang meringis

Backpacker Jakarta

Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates