Bayangan Kehilangan
Ada
sesuatu yang selalu membayangiku. Menghantuiku. Sebuah bayangan. Bayangan kamu
berada dipelukan wanita lain. Kamu meninggalkanku dan memilih wanita hebatmu. Entah
dengan perempuan baru atau kembali pada perempuanmu sebelum aku.
Kemudian
aku mulai membayangkan rangkaian percakapan-percakapan kita yang mungkin akan
terjadi saat kita bertemu kembali dan kamu telah menggenggam tangan yang lain. Bukan
lagi tanganku.
Dalam
benakku, kita akan bertemu di sebuah pesta pernikahan. Pernikahanmu dengan
pengantinmu. Dan aku hanya sebagai tamu undangan biasa. Kamu masih berbaik hati
mengirimiku undangan dan kabar bahagiamu. Aku akan datang. Ya, aku pasti
datang.
Aku
hadir dengan setumpuk rasa yang sudah kusimpan dan kukunci rapat pada hati. Menyumpal
segala celah yang nantinya mungkin akan rembes oleh jutaan kubik air mata. Memasang
senyuman tertegar dan terikhlas.
Memandangi
fotomu di pintu masuk gedung, harusnya aku yang menggenggam jemarimu dan
tertawa bahagia dalam foto itu. Harusnya? Ahh, tidak. Tidak lagi-lagi aku
mengayal. Aku sudah belajar melepasmu. Aku sudah mengikhlaskan kehilangan
atasmu. Demi bahagiamu yang kau pilih.
Aku
melangkah naik ke pelaminanmu. Bukan, bukan sebagai pengantinmu. Aku menyalamimu.
Menyentuh lagi tangan yang selama ini kugenggam erat namun nyatanya tetap
lepas. Kupamerkan padamu senyum kebahagiaan. Bahagia untukmu dan juga
pengantinmu. Kamu pun tersenyum dan berbisik lirih mengucap terima kasih. Aku pun
berlalu dari hadapanmu dan menyalami pengantinmu. Wanita cantik dan hebat. Ia pantas
menjadi pendampingmu dan ibu untuk anak-anakmu kelak. Lebih pantas dari aku
yang tak pernah bisa kamu banggakan.
Bayangan-bayangan
itu selalu muncul dan menggangguku. Bayangan-bayangan itu selalu menari liar
dalam benakku. Bayangan itu semakin liar ketika saat-saat tak ada lagi
sedikit pun percakapan darimu. Sepenggal kata atau sapa.
Kita
tak pernah tahu apa yang sedang Tuhan tulis dan rencanakan. Andai kamu tahu,
aku menyimpan segala sesak dan tangis saat semua bayangan itu hadir. Bisakah kamu
membantuku menghilangkan bayangan-bayangan itu? Bisakah kita kembali menyusun
masa depan bersama yang sempat hampir runtuh?