Jumat, 29 Mei 2015

Yeiiiyy!!! Bulan Mei banyak tanggal merahnya... Maka, dijadwalkanlaah 14-17 Mei untuk piknik ke Malang. Kenapa Malang? Pertama, belum pernah menginjakkan kaki di Jawa Timur. Kedua, mau ngerusuhin orang Malang (Irvan, nteLin, Ummay + Syifa). Ketiga, pingin banget ke Museum Angkut dan Bromo.
Tiket sudah dipesan untuk keberangkatan Jakarta-Malang bersama kak Dewi dan Fitria. Lalu tiba-tiba di awal bulan Mei sampai detik-detik keberangkatan, kak Dewinya galau dan sakit yang tak kunjung sembuh. Kak Dewi batal. Fitria ikutan batal. Huuffttt...
Tiket kereta, penginapan, dan jeep dibatalkan. Tapi saya tetap berangkat dengan sisa-sisa rombongan. Rombongan? Yakeleuuss...
Pada 12 Mei malam, akhirnya berangkat sendiri menuju Jogja. Loh kok Jogja? Katanya Malang? Yaa habis dari Jogja baru ke Malang. Menjemput seseorang. Lagipula setelah dipikir-pikir, sayang banget cuti satu hari di tanggal 13 dan baru berangkat ke malang dengan kereta pukul 15.00. Akhirnya memutuskan untuk pergi ke Jogja dulu, setidaknya tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Gitudeeh~
Ready to trip
Perdana sendiri naik kereta ekonomi dan ada aja sialnya. Pertama, kereta yang seharusnya berangkat dari stasiun Pasar Senen pukul 22.30, ngaret sampai pukul 23.00. Kedua, tempat duduk di dekat kaca dituker sama adek kecil (manalah tega untuk nggak ngasih kaan-_-). Ketiga, ini kereta ekonomi tapi kok ACnya bikin menggigil parah-_-" mana sendirian pula. Di antara beberapa kesialan di atas, saya akui, naik kereta ekonomi sendirian itu enak juga kok. Terlebih sekarang kan sudah bersih dan teratur. Cuma tetap masih nggak mau pakai toiletnya.
Pada 13 Mei pukul 6.55 tiba di stasiun Lempuyangan. Kedatangan kereta ternyata tepat waktu walaupun berangkatnya telat. Masih di dalam stasiun dan telepon seseorang, katanya dia sudah di parkiran. "Keluar aja, pintu keluarnya cuma satu kok nggak kaya di stasiun Tugu."
Okeyy!!
Nengok kanan kiri, mengikuti orang-orang yang keluar stasiun lewat pintu keluar dekat toilet. Sampai di luar celingak celinguk nggak ada orangnya. Ternyata salah keluar-_-". "Keluarnya yaa lewat depan gitu sih, kamu tuh keluar lewat pintu yang nggak lazim, pantes nggak ketemu." Hhhmmm pelajaran lagi, jangan mengikuti banyaknya rombongan orang-orang karena yang banyak belum tentu benar. Apasiiiih~
Setelah ajang cari-carian di stasiun, langsung meluncur sarapan. Sampai di depan deretan tukang jualan, "Mau lontong sayur atau nasi kuning?" tanyanya.
"Bubur ayam!" *nyengir*
Setelah sarapan, sampai dan istirahat sebentar terus mandi. Niatnya mau ke Kalibiru, tapi katanya sudah kesiangan kalau mau sekarang. Hhhmmm yasudah besok sajalaah. Seharian itu panass sekali dan bikin mager buat keluar, tapi pingin jalan-jalan juga. Labil. Setelah puas istirahat sampai ketiduran karena hawa panas, akhirnya keluar jalan-jalan ke Museum Affandi. Dari Museum Affandi mau ke Museum Dirgantara. Tapi apa daya, setelah puas keliling Museum Affandi ternyata hujan lebat turun menjebak. Duduk-duduk di kantin museum sambil minum soft drink gratis dan menikmati hujan. Ada yang nggak betah duduk terus lihat-lihat sekitaran kantin, anteng di sebuah meja dan ternyata ada yang lagi gambar-gambar.
Museum Affandi

Picture


Topeng Affandi bisa dipakai
Museum Affandi


Ada yang lagi anteng menggambar
"Apa yang aneh dari gambar ini?" katanya.
Tanpa pernah dibicarakan dan ditentukan sebelumnya, tampaknya museum telah menjadi tempat kencan favorit sejak awal pertemuan di 2013 lalu. Iya nggak? Iyain aja deh…
Hujan reda. Waktu sudah sore. Meramalkan nggak akan sempat ke Museum Dirgantara karena jam 5 sore ada janji dengan om Eko dan kak Risti.
Di perjalanan mampir ke toko jaket. Cari jaket waterproff yang hangat. Lagi asik pilih-pilih, hujan deras turun lagi. Sampai selesai membayar jaket pilihan pun hujan belum mau selesai. Duduk di depan toko memperhatikan rintik-rintik air yang jatuh dengan tidak santai dengan backsound lagu-lagu dari Sheila on 7. Harusnya saat itu suasana bisa jadi romantis kalau yang duduk di sebelah nggak sibuk mainan games.
Pukul 17.00 bertemu dengan om Eko dan kak Risti di Mooi Kitchen, YAP Square. Katanya klapertartnya enak. Aku sih coba cupcakesnya. Kak Risti yang kelaparan pilih spagethi carbonara. Dan om Eko yang lagi diet tapi beratnya tetap nambah cuma pilih lemon tea. Ngobrol ngalor ngidul. Dari buku, film, generasi anak-anak sekarang, rumah sakit, penyakit, daan macam-macam. Tau-tau sudah hampir jam 8 malam.
Klapertart dan Cupcakes
Om Eko, Saya, Kak Risti
Setelah dari Mooi Kitchen, meluncur ke toko perlengkapan bayi. Cari kado sebelum jenguk Rinai. Salah satu alasan mampir Jogja dulu juga untuk jenguk dedek Rinai. Sekitar jam 8an lewat sampai di JBS jengukin dedek Rinai.
Rinai lihatin Ayahnya mulu
Besoknya, 14 Mei 2015 pukul 08.00 meluncur ke Kulonprogo. Kalibiruuu, yeayy!!! Sampai waduk sermo nggak langsung ke Kalibiru, tapi di ajak keliling-keliling dulu entah ke mana, naik-turun, muter-muter. Panaasss sekali. Panas yang sama seperti kemarin.



Setelah puas keliling, akhirnya naik ke Kalibiru. Woow, rame, daaann 'cuma begini doang?' kalimat yang terlontar diawal. Memang bagus sih pemandangan waduk sermo dari atas sini. Tapi benar-benar jauh diluar ekspektasi. Spot yang menjadi identitas Kalibiru, yaitu tempat berfoto di atas pohon itu ternyata sudah banyak yang antri. Tanpa bertanya, saya mendengar bahwa antriam sudah mencapai 50 orang lebih. Hhmmm terima kasih. Akhirnya keliling lihat-lihat dan cari landskap foto yang anti mainstream. Nggak kalah bagus kok.
waduk sermo dari kalibiru



Kembali ke Jogja, pukul 13.00 sudah sampai di rumah. Istirahat dan packing barang karena nanti malam harus berangkat ke Malang. Satu keril, satu tas punggung kecil, dan si sapi. Kali ini keril ada yang membawakan. Beban berkurang sangaat.
Pukul 17.00 setelah mandi langsung berangkat ke Malioboro. Jalan-jalan sambil menunggu kereta pukul 20.45. Kenapa Malioboro? Karena biar dekat dengan stasiun Tugu. Mau foto di bawah tulisan jalan Malioboro, tapi antri panjang. Ckckck selalu ya. Dia memang selalu punya cara untuk mengambil foto tanpa antri.
Abaikan model di belakang
Jalan lurus lurus terus sepanjang Malioboro akhirnya belok masuk mall.
"Ngapain masuk mall?"
“Ngadem,” katanya.
-_-" keliling mall sambil bawa keril dan sapi. Its nice.
Nggak betah keliling mall dengan perintilan, walaupun bukan saya juga sih yang bawa keril, tapi tetap nggak enjoy. Jalan-jalan keliling mall buat nonton, makan, atau nonton sambil gandengan tangan sih manis, tapi kalau keliling mallnya kayak salah kostum begini siih nggak asiik. Akhirnya saya maksa untuk ke stasiun saja.
Yogyakarta
waiting
Sampai stasiun jam masih menunjukkan pukul 19.30. Kereta Malioboro Ekspress yang akan mengantar sampai Malang baru akan jalan pukul 20.45. Duduk-duduk di cafe dalam stasiun sambil makan es krim. Ada pemberitahuan kalau kereta Malioboro Ekspress sudah siap di jalurnya, kami memutuskan untuk masuk saja meski baru pukul 20.00.
Malioboro Ekspres tiba di stasiun Malang kota baru pada pukul 04.00. Motor sewaan yang dipesan baru akan diantar ke stasiun pukul 07.00. Pukul 05.30 kami keluar dari stasiun. Keliling-keliling Kota Malang berbekal peta dengan jalan kaki sembari menunggu motor pesanan dan Irvan yang katanya mau datang.

Stasiun Kota Baru Malang
Irvan!!
Tugu Kota Malang saat mentari terbit
Taman Tugu

Balaikota Malang
Jalanannya bersiih...
Ke taman, ke tugu, ke taman satwa, sampai depan gereja, Irvan baru datang. Nggak asik ngobrol di pinggir jalan, saya memutuskan untuk kembali ke tugu untuk ngobrol dan foto-foto di taman tugu. Pukul 07.00, ada whatsapp masuk kalau motor pesanan sudah tiba di depan stasiun. Kami langsung kembali ke stasiun dan membayar motor untuk 3 hari. Totalnya 120ribu. Murah yaa...
Setelah dapat motor, Irvan mengajak sarapan di tempat soto dan rawon yang kata orang enak. Dia pun belum pernah mencoba. Sampai di tempat, warungnya rame sekali, tapi menurut saya rasanya biasa saja. Hehehe.
Setelah sarapan, ada yang bilang kalau ke Pantai saja. Sayang sudah sampai Malang tapi nggak nengok pantainya yang cantik-cantik. Lihat di peta sih deket. Ayoklaah! Akhirnya langsung meluncur ke Pantai, tapi Irvan nggak bisa ikut. Nanti malam ketemu di Batu saja, katanya. Irvan ngecamp di gunung banyak.
Pantai Balekambang. Di peta sih dekat, pas disusuri jalannya, hhhmmm pantatttkuuu~ *lebay*. Tapi sepertinya masih mending menyusuri pantai di sekitaran Gunung Kidul, dibanding di Malang. Menurut saya loh yaaaa... Tapi lelah itu terbayar kok setelah naik turun bukit dan jalanan berliku. Lihat saja foto-fotonya yaaa, dan datangi sendiri tempatnya. Sebab alam tak terlukiskan oleh kata-kata.
Duduk di atas pasir, di bawah pohon teduh, adem semilir angin langsung pingin tidur saking lelahnya. Lihat air yang bening pingin main air, tapi pantai pesisir selatan ombaknya terlalu liar. Icip-icip air di pinggiran pantainya, dingin. Segaar lah pasti kalau berenang-renang.
Main di pantai pakai jaket tebal, bawa keril, bawa si sapi, pakai sepatu. Salah kostum lagi. Tapi biarlaah, yang penting kami tetap menikmati keindahan yang disajikan alam. So beautiful….
Sapiku eksis
Pura

Balekambang beach

Main Air
Sekitar pukul 12 siang, kami melanjutkan perjalanan menuju  Kota Batu. Belum puas sebenarnya main di pantai, tapi waktu kami tak banyak. Perjalanan dari Balekambang ke Batu hampir sekitar 3-4 jam plus mampir makan siang. Berbekal peta dan GPS, tibalah di hotel Nirwana kota Batu sekitar pukul 16.00. Check in, mandi dan istirahat sebentar.
Kemudian berfikir, jadi nggak ya ke museum angkutnya, sudah jam lima sore. Tapi rasanya, sayang banget kalau nggak ke sana sekarang, kapan lagi? Akhirnya pukul 17.00 berangkatlah ke museum angkut. Hanya berjarak sekitar 15 menit dari hotel. Masuk parkiran dan langsung keluar melalui pasar apung. Aneka makanan dan jajanan tersedia. Ada kapal dayung ala-ala Venesia. Suasananya ramai dan seru.
Tiba di loket, antriannya lumayan banyaak. Untuk museum angkut 80.000 per orang, tapi jika ingin tiket terusan plus museum de topeng jadi Rp 90.000 per orang. Harga yang dibayar sangatlah sebanding dengan apa yang kita saksikan di dalamnya. Banyak terdapat zona tiap negara. Serasa jalan-jalan ke luar negeri. Ada beberapa sudut jalan yang mengingatkan liburan di  Universal Studio Singapore. Puas berkeliling, menambah pengetahuan, berfoto-foto eksis, kami keluar sekitar pukul 20.00. Museum buka dari pukul 12.00-20.00. Tetapi hingga pukul 20.30 pun suasana pasar apung masih sangat ramai.


















Kota Batu di malam hari






















Setelah dari museum angkut dan makan malam, pergilah ke alun-alun kota Batu. Seperti halnya alun-alun, di sana ramai orang dengan banyak jajanan dan permainan. Ada salah satu yang menarik, bianglala di tengah taman. Untuk naik bianglala, hanya Rp 3.000 perorang. Yang menarik juga adalah tempat-tempat yang dibentuk seperti buah-buahan. Misal toilet dan loket bianglala yang berbentuk apel atau strawberry. Manis...
Bianglala

Alun-alun Kota Malang


Lelah dan dingin. Kembalilah ke hotel dan langsung tidur pulas. Subuhnya janjian dengan irvan yang sudah menunggu di gunung banyak sejak semalam. Sekitar pukul 06.00 handphone berbunyi. Irvan. “Sunrisenya sudah lewat!” Hohoho kesiangan saking lelahnya perjalanan.
Sekitar pukul 07.00 setelah sarapan di hotel, langsung menuju Gunung Banyak. Niatnya sudah bukan untuk lihat sunrise lagi, tapi lihat suasana permainan paralayang
 "Lihat sunrisenya tadi pagi di pathku saja, cantik loh," pamer Irvan.
Hanya butuh waktu tak lebih dari 15 menit untuk sampai ke gunung banyak dari hotel. Sampai di sana matahari sudah sangat terik, padahal masih pagi. Foto-foto sebentar lanjut ke omah kayu.
Kota Batu dari atas Gunung Banyak

Add caption

Omah Kayu

Omah Kayu
  

Omah kayu. Tempat yang memiliki view baguus kalau menginap di sini. Awalnya ingin menginap di sini, tapi karena harganya lumayan dan sudah booking hotel duluan, jadinya main-main saja ke sini. Omah kayu hanya bisa ditempati maksimal 3 orang. Sempit? Iya banget. Bersyukur sih nggak jadi memilihnya untuk tempat menginap selama di Batu. Tempatnya hanya bagus untuk foto dan menikmati pemandangan segar saja. Puas melihat-lihat dan berfoto, langsung meluncur ke Coban Rondo.
Jaraknya hanya sekitar 15 menit dari Gunung Banyak. Untuk masuk ke kawasan wisata ini dikenakan biaya Rp 15.000 perorang. Cukup mahal untuk sekedar masuk dan melihat air terjun. Mungkin karena tempatnya sudah ramai dan mulai terkenal. Tetapi di area ini ada juga labirin. Coban adalah air terjun, dan rondo adalah janda. Ada sejarahnya kenapa tempat ini diberi nama coban rondo. Hayoo coba gugling atau datang langsung ke tempat ini.
Coban Rondo

Kelihatan pelanginya nggak?



Kembali ke hotel sekitar pukul 11.00. Packing dan check out. Melanjutkan perjalanan ke Bromo. Jalan yang harus diambil adalah jalan menuju Surabaya, Pasuruan. Lagi-lagi hanya berbekal peta dan GPS. Tiba di Bromo Surya Homestay pukul 4 sore.
Pendopo di depan Bromo Surya Indah Homestay
Dingin. Tapi tidak sedingin Dieng. Air panasnya mati. Nggak mandi dan hanya cuci muka. Istirahat sebentar lalu keluar melihat-lihat daerah sekitar. Banyak calo jeep dan penginapan di sini, jadi jangan takut nggak kedapatan penginapan dan jeep. Ngobrol dengan pengunjung lain. Rupanya banyak sekali yang akan naik dengan hanya menggunakan motor. Nggak perlu mahal-mahal sewa jeep. Apalagi jika datang hanya sendiri atau berdua. Di sini juga banyak ojek yang bersedia mengantar ke empat titik tersebut, tapi kalau dihitung ya jatuhnya sama dengan sewa jeep. Tapi jika anda beruntung bisa mendapat jeep dengan sistem share.
Sekitar pukul 02.30 dibangunin oleh penjaga homestay. Pukul 03.00 jeep dan motor bersiap untuk naik ke penanjakan. Pemburu sunrise beraksi. Baru keluar parkiran homestay sudah macet. Apa-apaan ini? Ternyata macet antrian pintu masuk Taman Nasional Bromo Tengger. Setelah membayar Rp 27.500 per orang, meluncurlah langsung menuju penanjakan. Jalan aspal yang naik meliku dan tanpa lampu, hanya diterangi oleh lampu jeep dan motor.
Tiba di penanjakan sudah banyak sekali manusia. Tempat sudah penuh. Untung badan saya kecil dan pintar nyempil. Sampai juga di barisan depan dan menunggu sunrise. Ngantuk dan kedinginan. Sunrise yang muncul tidak sesuai ekspektasi. Biasa saja.
Sunrise dari Penanjakan

Beautiful Indonesia

IndONEsia

pemburu sunrise di penanjakan
Setelah melihat sunrise, kami menuju kawah bromo. Jalanan yang dilalui sudah lautan pasir. Pasang masker baik-baik. Selain debu-dari pasir, bau kotoran kuda juga menyeruak menyengat. Untuk sampai ke kawah sudah disediakan tangga yang sangat menudahkan menanjak. Namun antrian di tangga sangatlah padat dan nggak bergerak. Akhirnya memutuskan untuk naik melalui jalur berbeda. Tanpa tangga.
Setelah puas panas-panasan di atas bibir kawah, kami memutuskan untuk turun dan melanjutkan perjalanan. Ke lautan pasir dan kemudian ke bukit teletubies yang ternyata tidak semenarik di gugel.












You and me







Beautiful moment





suasana tangga kawah




Bukit Teletubies

Pasir Berbisik

Edelweiss

Sesajen di bibir kawah

NAik-naik ke atas kawah

Kawah Bromo


Untuk yang ingin membawa motor saat wisata bromo, disarankan agar kendaraan yang kalian bawa benar-benar dalam kondisi yang baik. Karena jalur yang dilewati merupakan jalan berliku dengan tikungan tajam serta tanjakan dan turunan yang terjal. Belum lagi beratnya melewati lautan pasir yang cukup tebal dan licin. Ada baiknya membawa motor manual. Meski banyak saya perhatikan yang membawa motor matic, tetapi daya khawatir saat tanjakan curam.
Sekitar pukul 10.00 kami kembali ke homestay untuk mandi, bersih-bersih dan packing. Pukul 11.00 check out dan pamit pada ibu penjaga homestay kemudian langsung melanjutkan perjalanan menuju Kota Malang. Sempat nyasar sampai pasar Pasuruan, sempat galau dan bingung sendiri, padahal yang membawa kendaraan anteng-anteng dan selow saja. Susah sinyal, nggak bisa buka GPS. Hanya berbekal peta.
Pukul 13.00 lewat sedikit akhirnya tiba di Kota Malang. Langsung mencari bakso bakar Pak Min yang katanya enak itu. Sampai sana, tempatnya penuh sekali. Untung masih kebagian tempat. Harganya Rp 3.000 untuk satu buah bakso bakar.
Bakso bakar Pak Min
Pukul 14.00 kami memutuskan untuk beristiraha di taman yang terletak di depan stasiun Kota Baru Malang. Istirahat dan tidur-tiduran di taman sambil menunggu kereta Mataremaja pukul 17.00. Baru tiduran kemudian ingat kalau belum beli oleh-oleh sama sekali. Akhirnya nyebrang ke stasiun dan beli camilan khas malang. Mencari totebag dengan identitas Kota Malang untuk kak Dewi dan Fitria tapi nggak dapat. Maaf yaa…
Pukul 16.00 motor diambil di tempat yang sama. Depan stasiun. Kemudian kami langsung masuk ke dalam dan menunggu kedatangan kereta. Kereta berangkat dari stasiun Kota Baru Malang tepat waktu, pukul 17.00 dan tiba di Jakarta pada pukul 09.35.

 ***

Tiket kereta Jakarta - Jogja (Progo) pukul 22.30-06.55 Rp 75.000
Tiket kereta Jogja – Malang (Malioboro Ekspress) pukul 20.45-04.00 Rp 165.000
Tiket kereta Malang – Jakarta (Mataremaja) pukul 17.00-09.35 Rp 115.000
Museum Affandi Rp 20.000 per orang
Museum Angkut terusan Rp 90.000 per orang
Gunung Banyak Rp 5.000 per orang
Omah Kayu Rp 5.000 per orang
Coban Rondo Rp 15.000 per orang
Taman NAsional Bromo Tengger Rp 27.500 per orang
Hotel Nirwana Batu Rp 225.000 per malam³
Bromo Surya Homestay Rp 200.000 per malam
Sewa motor Rp 140.000 selama tiga hari


@fetihabsari

5 komentar

trimakasih atas kunjungannya, jangan kapok merepotkanku....

REPLY

Aku nggak pernah kapok dalam merepotkan orang, apalagi kamu. Hahahaha... aku bakalan datang lagii~

REPLY

aku akan kabur ben gak km repotkan....

REPLY

Mba feti boleh minta kontak penyewaan motornya?? Thanks

REPLY

Rental motor malang yang saya pakai kemarin kontaknya ini +6285933146445

REPLY

Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates