Travelmate - Malang
Yeiiiyy!!!
Bulan Mei banyak tanggal merahnya... Maka, dijadwalkanlaah 14-17 Mei untuk
piknik ke Malang. Kenapa Malang? Pertama, belum pernah menginjakkan kaki di
Jawa Timur. Kedua, mau ngerusuhin orang Malang (Irvan, nteLin, Ummay + Syifa).
Ketiga, pingin banget ke Museum Angkut dan Bromo.
Tiket
sudah dipesan untuk keberangkatan Jakarta-Malang bersama kak Dewi dan Fitria.
Lalu tiba-tiba di awal bulan Mei sampai detik-detik keberangkatan, kak Dewinya
galau dan sakit yang tak kunjung sembuh. Kak Dewi batal. Fitria ikutan batal.
Huuffttt...
Tiket
kereta, penginapan, dan jeep dibatalkan. Tapi saya tetap berangkat dengan
sisa-sisa rombongan. Rombongan? Yakeleuuss...
Pada
12 Mei malam, akhirnya berangkat sendiri menuju Jogja. Loh kok Jogja? Katanya
Malang? Yaa habis dari Jogja baru ke Malang. Menjemput seseorang. Lagipula
setelah dipikir-pikir, sayang banget cuti satu hari di tanggal 13 dan baru
berangkat ke malang dengan kereta pukul 15.00. Akhirnya memutuskan untuk pergi
ke Jogja dulu, setidaknya tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Gitudeeh~
Perdana
sendiri naik kereta ekonomi dan ada aja sialnya. Pertama, kereta yang
seharusnya berangkat dari stasiun Pasar Senen pukul 22.30, ngaret sampai pukul 23.00. Kedua, tempat duduk di dekat kaca
dituker sama adek kecil (manalah tega untuk nggak ngasih kaan-_-). Ketiga, ini
kereta ekonomi tapi kok ACnya bikin menggigil parah-_-" mana sendirian
pula. Di antara beberapa kesialan di atas, saya akui, naik kereta ekonomi
sendirian itu enak juga kok. Terlebih sekarang kan sudah bersih dan teratur.
Cuma tetap masih nggak mau pakai toiletnya.
Pada
13 Mei pukul 6.55 tiba di stasiun Lempuyangan. Kedatangan kereta ternyata tepat
waktu walaupun berangkatnya telat. Masih di dalam stasiun dan telepon
seseorang, katanya dia sudah di parkiran. "Keluar aja, pintu keluarnya
cuma satu kok nggak kaya di stasiun Tugu."
Okeyy!!
Nengok
kanan kiri, mengikuti orang-orang yang keluar stasiun lewat pintu keluar dekat
toilet. Sampai di luar celingak celinguk nggak ada orangnya. Ternyata salah
keluar-_-". "Keluarnya yaa lewat depan gitu sih, kamu tuh keluar
lewat pintu yang nggak lazim, pantes nggak ketemu." Hhhmmm pelajaran lagi,
jangan mengikuti banyaknya rombongan orang-orang karena yang banyak belum tentu
benar. Apasiiiih~
Setelah
ajang cari-carian di stasiun, langsung meluncur sarapan. Sampai di depan
deretan tukang jualan, "Mau lontong sayur atau nasi kuning?"
tanyanya.
"Bubur
ayam!" *nyengir*
Setelah
sarapan, sampai dan istirahat sebentar terus mandi. Niatnya mau ke Kalibiru,
tapi katanya sudah kesiangan kalau mau sekarang. Hhhmmm yasudah besok sajalaah.
Seharian itu panass sekali dan bikin mager
buat keluar, tapi pingin jalan-jalan juga. Labil. Setelah puas istirahat sampai
ketiduran karena hawa panas, akhirnya keluar jalan-jalan ke Museum Affandi.
Dari Museum Affandi mau ke Museum Dirgantara. Tapi apa daya, setelah puas
keliling Museum Affandi ternyata hujan lebat turun menjebak. Duduk-duduk di
kantin museum sambil minum soft drink
gratis dan menikmati hujan. Ada yang nggak betah duduk terus lihat-lihat sekitaran
kantin, anteng di sebuah meja dan ternyata ada yang lagi gambar-gambar.
Tanpa
pernah dibicarakan dan ditentukan sebelumnya, tampaknya museum telah menjadi
tempat kencan favorit sejak awal pertemuan di 2013 lalu. Iya nggak? Iyain aja
deh…
Hujan
reda. Waktu sudah sore. Meramalkan nggak akan sempat ke Museum Dirgantara
karena jam 5 sore ada janji dengan om Eko dan kak Risti.
Di
perjalanan mampir ke toko jaket. Cari jaket waterproff
yang hangat. Lagi asik pilih-pilih, hujan deras turun lagi. Sampai selesai
membayar jaket pilihan pun hujan belum mau selesai. Duduk di depan toko
memperhatikan rintik-rintik air yang jatuh dengan tidak santai dengan backsound lagu-lagu dari Sheila on 7.
Harusnya saat itu suasana bisa jadi romantis kalau yang duduk di sebelah nggak
sibuk mainan games.
Pukul
17.00 bertemu dengan om Eko dan kak Risti di Mooi Kitchen, YAP Square. Katanya klapertartnya enak. Aku sih coba cupcakesnya. Kak Risti yang kelaparan
pilih spagethi carbonara. Dan om Eko
yang lagi diet tapi beratnya tetap nambah cuma pilih lemon tea. Ngobrol ngalor
ngidul. Dari buku, film, generasi anak-anak sekarang, rumah sakit,
penyakit, daan macam-macam. Tau-tau sudah hampir jam 8 malam.
Setelah
dari Mooi Kitchen, meluncur ke toko perlengkapan bayi. Cari kado sebelum jenguk
Rinai. Salah satu alasan mampir Jogja dulu juga untuk jenguk dedek Rinai.
Sekitar jam 8an lewat sampai di JBS jengukin dedek Rinai.
Besoknya,
14 Mei 2015 pukul 08.00 meluncur ke Kulonprogo. Kalibiruuu, yeayy!!! Sampai
waduk sermo nggak langsung ke Kalibiru, tapi di ajak keliling-keliling dulu
entah ke mana, naik-turun, muter-muter. Panaasss sekali. Panas yang sama
seperti kemarin.
Setelah
puas keliling, akhirnya naik ke Kalibiru. Woow, rame, daaann 'cuma begini
doang?' kalimat yang terlontar diawal. Memang bagus sih pemandangan waduk sermo
dari atas sini. Tapi benar-benar jauh diluar ekspektasi. Spot yang menjadi
identitas Kalibiru, yaitu tempat berfoto di atas pohon itu ternyata sudah
banyak yang antri. Tanpa bertanya, saya mendengar bahwa antriam sudah mencapai
50 orang lebih. Hhmmm terima kasih. Akhirnya keliling lihat-lihat dan cari landskap foto yang anti mainstream. Nggak kalah bagus kok.
Kembali
ke Jogja, pukul 13.00 sudah sampai di rumah. Istirahat dan packing barang
karena nanti malam harus berangkat ke Malang. Satu keril, satu tas punggung
kecil, dan si sapi. Kali ini keril ada yang membawakan. Beban berkurang
sangaat.
Pukul
17.00 setelah mandi langsung berangkat ke Malioboro. Jalan-jalan sambil menunggu
kereta pukul 20.45. Kenapa Malioboro? Karena biar dekat dengan stasiun Tugu. Mau
foto di bawah tulisan jalan Malioboro, tapi antri panjang. Ckckck selalu ya.
Dia memang selalu punya cara untuk mengambil foto tanpa antri.
Jalan
lurus lurus terus sepanjang Malioboro akhirnya belok masuk mall.
"Ngapain
masuk mall?"
“Ngadem,”
katanya.
-_-"
keliling mall sambil bawa keril dan sapi. Its
nice.
Nggak
betah keliling mall dengan perintilan, walaupun bukan saya juga sih yang bawa
keril, tapi tetap nggak enjoy. Jalan-jalan
keliling mall buat nonton, makan, atau nonton sambil gandengan tangan sih
manis, tapi kalau keliling mallnya kayak salah kostum begini siih nggak asiik. Akhirnya
saya maksa untuk ke stasiun saja.
Sampai
stasiun jam masih menunjukkan pukul 19.30. Kereta Malioboro Ekspress yang akan
mengantar sampai Malang baru akan jalan pukul 20.45. Duduk-duduk di cafe dalam
stasiun sambil makan es krim. Ada pemberitahuan kalau kereta Malioboro Ekspress
sudah siap di jalurnya, kami memutuskan untuk masuk saja meski baru pukul
20.00.
Malioboro
Ekspres tiba di stasiun Malang kota baru pada pukul 04.00. Motor sewaan yang
dipesan baru akan diantar ke stasiun pukul 07.00. Pukul 05.30 kami keluar dari
stasiun. Keliling-keliling Kota Malang berbekal peta dengan jalan kaki sembari
menunggu motor pesanan dan Irvan yang katanya mau datang.
Ke
taman, ke tugu, ke taman satwa, sampai depan gereja, Irvan baru datang. Nggak
asik ngobrol di pinggir jalan, saya memutuskan untuk kembali ke tugu untuk
ngobrol dan foto-foto di taman tugu. Pukul 07.00, ada whatsapp masuk kalau
motor pesanan sudah tiba di depan stasiun. Kami langsung kembali ke stasiun dan
membayar motor untuk 3 hari. Totalnya 120ribu. Murah yaa...
Setelah
dapat motor, Irvan mengajak sarapan di tempat soto dan rawon yang kata orang
enak. Dia pun belum pernah mencoba. Sampai di tempat, warungnya rame sekali,
tapi menurut saya rasanya biasa saja. Hehehe.
Setelah
sarapan, ada yang bilang kalau ke Pantai saja. Sayang sudah sampai Malang tapi
nggak nengok pantainya yang cantik-cantik. Lihat di peta sih deket. Ayoklaah!
Akhirnya langsung meluncur ke Pantai, tapi Irvan nggak bisa ikut. Nanti malam
ketemu di Batu saja, katanya. Irvan ngecamp di gunung banyak.
Pantai
Balekambang. Di peta sih dekat, pas disusuri jalannya, hhhmmm pantatttkuuu~
*lebay*. Tapi sepertinya masih mending menyusuri pantai di sekitaran Gunung
Kidul, dibanding di Malang. Menurut saya loh yaaaa... Tapi lelah itu terbayar
kok setelah naik turun bukit dan jalanan berliku. Lihat saja foto-fotonya yaaa,
dan datangi sendiri tempatnya. Sebab alam tak terlukiskan oleh kata-kata.
Duduk
di atas pasir, di bawah pohon teduh, adem semilir angin langsung pingin tidur
saking lelahnya. Lihat air yang bening pingin main air, tapi pantai pesisir
selatan ombaknya terlalu liar. Icip-icip air di pinggiran pantainya, dingin.
Segaar lah pasti kalau berenang-renang.
Main
di pantai pakai jaket tebal, bawa keril, bawa si sapi, pakai sepatu. Salah kostum
lagi. Tapi biarlaah, yang penting kami tetap menikmati keindahan yang disajikan
alam. So beautiful….
Sekitar
pukul 12 siang, kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Batu. Belum puas sebenarnya main di
pantai, tapi waktu kami tak banyak. Perjalanan dari Balekambang ke Batu hampir
sekitar 3-4 jam plus mampir makan siang. Berbekal peta dan GPS, tibalah di
hotel Nirwana kota Batu sekitar pukul 16.00. Check in, mandi dan istirahat sebentar.
Kemudian
berfikir, jadi nggak ya ke museum angkutnya, sudah jam lima sore. Tapi rasanya,
sayang banget kalau nggak ke sana sekarang, kapan lagi? Akhirnya pukul 17.00
berangkatlah ke museum angkut. Hanya berjarak sekitar 15 menit dari hotel.
Masuk parkiran dan langsung keluar melalui pasar apung. Aneka makanan dan
jajanan tersedia. Ada kapal dayung ala-ala Venesia. Suasananya ramai dan seru.
Tiba
di loket, antriannya lumayan banyaak. Untuk museum angkut 80.000 per orang,
tapi jika ingin tiket terusan plus museum de topeng jadi Rp 90.000 per orang.
Harga yang dibayar sangatlah sebanding dengan apa yang kita saksikan di
dalamnya. Banyak terdapat zona tiap negara. Serasa jalan-jalan ke luar negeri.
Ada beberapa sudut jalan yang mengingatkan liburan di Universal Studio Singapore. Puas berkeliling,
menambah pengetahuan, berfoto-foto eksis, kami keluar sekitar pukul 20.00.
Museum buka dari pukul 12.00-20.00. Tetapi hingga pukul 20.30 pun suasana pasar
apung masih sangat ramai.
Setelah
dari museum angkut dan makan malam, pergilah ke alun-alun kota Batu. Seperti
halnya alun-alun, di sana ramai orang dengan banyak jajanan dan permainan. Ada
salah satu yang menarik, bianglala di tengah taman. Untuk naik bianglala, hanya
Rp 3.000 perorang. Yang menarik juga adalah tempat-tempat yang dibentuk seperti
buah-buahan. Misal toilet dan loket bianglala yang berbentuk apel atau
strawberry. Manis...
Alun-alun Kota Malang |
Lelah
dan dingin. Kembalilah ke hotel dan langsung tidur pulas. Subuhnya janjian
dengan irvan yang sudah menunggu di gunung banyak sejak semalam. Sekitar pukul
06.00 handphone berbunyi. Irvan. “Sunrisenya sudah lewat!” Hohoho kesiangan
saking lelahnya perjalanan.
Sekitar
pukul 07.00 setelah sarapan di hotel, langsung menuju Gunung Banyak. Niatnya
sudah bukan untuk lihat sunrise lagi, tapi lihat suasana permainan paralayang
"Lihat sunrisenya tadi pagi di pathku
saja, cantik loh," pamer Irvan.
Hanya
butuh waktu tak lebih dari 15 menit untuk sampai ke gunung banyak dari hotel.
Sampai di sana matahari sudah sangat terik, padahal masih pagi. Foto-foto
sebentar lanjut ke omah kayu.
Add caption |
Omah Kayu |
Omah Kayu |
Omah
kayu. Tempat yang memiliki view
baguus kalau menginap di sini. Awalnya ingin menginap di sini, tapi karena
harganya lumayan dan sudah booking
hotel duluan, jadinya main-main saja ke sini. Omah kayu hanya bisa ditempati
maksimal 3 orang. Sempit? Iya banget. Bersyukur sih nggak jadi memilihnya untuk
tempat menginap selama di Batu. Tempatnya hanya bagus untuk foto dan menikmati
pemandangan segar saja. Puas melihat-lihat dan berfoto, langsung meluncur ke
Coban Rondo.
Jaraknya
hanya sekitar 15 menit dari Gunung Banyak. Untuk masuk ke kawasan wisata ini
dikenakan biaya Rp 15.000 perorang. Cukup mahal untuk sekedar masuk dan melihat
air terjun. Mungkin karena tempatnya sudah ramai dan mulai terkenal. Tetapi di
area ini ada juga labirin. Coban adalah air terjun, dan rondo adalah janda. Ada
sejarahnya kenapa tempat ini diberi nama coban rondo. Hayoo coba gugling atau
datang langsung ke tempat ini.
Kembali
ke hotel sekitar pukul 11.00. Packing
dan check out. Melanjutkan perjalanan
ke Bromo. Jalan yang harus diambil adalah jalan menuju Surabaya, Pasuruan.
Lagi-lagi hanya berbekal peta dan GPS. Tiba di Bromo Surya Homestay pukul 4
sore.
Dingin.
Tapi tidak sedingin Dieng. Air panasnya mati. Nggak mandi dan hanya cuci muka.
Istirahat sebentar lalu keluar melihat-lihat daerah sekitar. Banyak calo jeep
dan penginapan di sini, jadi jangan takut nggak kedapatan penginapan dan jeep. Ngobrol
dengan pengunjung lain. Rupanya banyak sekali yang akan naik dengan hanya menggunakan
motor. Nggak perlu mahal-mahal sewa jeep. Apalagi jika datang hanya sendiri
atau berdua. Di sini juga banyak ojek yang bersedia mengantar ke empat titik
tersebut, tapi kalau dihitung ya jatuhnya sama dengan sewa jeep. Tapi jika anda
beruntung bisa mendapat jeep dengan sistem share.
Sekitar
pukul 02.30 dibangunin oleh penjaga homestay. Pukul 03.00 jeep dan motor
bersiap untuk naik ke penanjakan. Pemburu sunrise beraksi. Baru keluar parkiran
homestay sudah macet. Apa-apaan ini? Ternyata macet antrian pintu masuk Taman
Nasional Bromo Tengger. Setelah membayar Rp 27.500 per orang, meluncurlah
langsung menuju penanjakan. Jalan aspal yang naik meliku dan tanpa lampu, hanya
diterangi oleh lampu jeep dan motor.
Tiba
di penanjakan sudah banyak sekali manusia. Tempat sudah penuh. Untung badan
saya kecil dan pintar nyempil. Sampai juga di barisan depan dan menunggu
sunrise. Ngantuk dan kedinginan. Sunrise yang muncul tidak sesuai ekspektasi.
Biasa saja.
Setelah
melihat sunrise, kami menuju kawah bromo. Jalanan yang dilalui sudah lautan
pasir. Pasang masker baik-baik. Selain debu-dari pasir, bau kotoran kuda juga
menyeruak menyengat. Untuk sampai ke kawah sudah disediakan tangga yang sangat
menudahkan menanjak. Namun antrian di tangga sangatlah padat dan nggak bergerak.
Akhirnya memutuskan untuk naik melalui jalur berbeda. Tanpa tangga.
Setelah
puas panas-panasan di atas bibir kawah, kami memutuskan untuk turun dan
melanjutkan perjalanan. Ke lautan pasir dan kemudian ke bukit teletubies yang
ternyata tidak semenarik di gugel.
You and me |
Beautiful moment |
suasana tangga kawah |
Bukit Teletubies |
Pasir Berbisik |
Edelweiss |
Sesajen di bibir kawah |
Kawah Bromo |
Untuk yang ingin membawa motor
saat wisata bromo, disarankan agar kendaraan yang kalian bawa benar-benar dalam
kondisi yang baik. Karena jalur yang dilewati merupakan jalan berliku dengan
tikungan tajam serta tanjakan dan turunan yang terjal. Belum lagi beratnya
melewati lautan pasir yang cukup tebal dan licin. Ada baiknya membawa motor
manual. Meski banyak saya perhatikan yang membawa motor matic, tetapi daya
khawatir saat tanjakan curam.
Sekitar
pukul 10.00 kami kembali ke homestay untuk mandi, bersih-bersih dan packing. Pukul 11.00 check out dan pamit pada ibu penjaga
homestay kemudian langsung melanjutkan perjalanan menuju Kota Malang. Sempat
nyasar sampai pasar Pasuruan, sempat galau dan bingung sendiri, padahal yang
membawa kendaraan anteng-anteng dan selow
saja. Susah sinyal, nggak bisa buka GPS. Hanya berbekal peta.
Pukul
13.00 lewat sedikit akhirnya tiba di Kota Malang. Langsung mencari bakso bakar
Pak Min yang katanya enak itu. Sampai sana, tempatnya penuh sekali. Untung
masih kebagian tempat. Harganya Rp 3.000 untuk satu buah bakso bakar.
Pukul
14.00 kami memutuskan untuk beristiraha di taman yang terletak di depan stasiun
Kota Baru Malang. Istirahat dan tidur-tiduran di taman sambil menunggu kereta
Mataremaja pukul 17.00. Baru tiduran kemudian ingat kalau belum beli oleh-oleh
sama sekali. Akhirnya nyebrang ke stasiun dan beli camilan khas malang. Mencari
totebag dengan identitas Kota Malang untuk kak Dewi dan Fitria tapi nggak
dapat. Maaf yaa…
Pukul
16.00 motor diambil di tempat yang sama. Depan stasiun. Kemudian kami langsung
masuk ke dalam dan menunggu kedatangan kereta. Kereta berangkat dari stasiun
Kota Baru Malang tepat waktu, pukul 17.00 dan tiba di Jakarta pada pukul 09.35.
Tiket
kereta Jakarta - Jogja (Progo) pukul 22.30-06.55 Rp 75.000
Tiket
kereta Jogja – Malang (Malioboro Ekspress) pukul 20.45-04.00 Rp 165.000
Tiket
kereta Malang – Jakarta (Mataremaja) pukul 17.00-09.35 Rp 115.000
Museum
Affandi Rp 20.000 per orang
Museum
Angkut terusan Rp 90.000 per orang
Gunung
Banyak Rp 5.000 per orang
Omah
Kayu Rp 5.000 per orang
Coban
Rondo Rp 15.000 per orang
Taman
NAsional Bromo Tengger Rp 27.500 per orang
Hotel
Nirwana Batu Rp 225.000 per malam³
Bromo
Surya Homestay Rp 200.000 per malam
Sewa
motor Rp 140.000 selama tiga hari
5 komentar
trimakasih atas kunjungannya, jangan kapok merepotkanku....
REPLYAku nggak pernah kapok dalam merepotkan orang, apalagi kamu. Hahahaha... aku bakalan datang lagii~
REPLYaku akan kabur ben gak km repotkan....
REPLYMba feti boleh minta kontak penyewaan motornya?? Thanks
REPLYRental motor malang yang saya pakai kemarin kontaknya ini +6285933146445
REPLY