Lampung; Pahawang - Kiluan
Perjalanan dadakan atas
dasar racun dari seseorang dengan modal nekat tanpa perhitungan biaya. Satu
minggu sebelum keberangkatan dikabari Kak Dewi kalau tanggal 3-5 April mau ke
Lampung. "Ikut nggak?" tanyanya. Tanpa berfikir pun langsung jawab,
"Ikuuuutt!!!".
Oke, planing awal di bulan April mau naik gunung Pangrango di tanggal 26 April terganti dengan perjalanan dadakan ke Lampung.
Oke, planing awal di bulan April mau naik gunung Pangrango di tanggal 26 April terganti dengan perjalanan dadakan ke Lampung.
"Di Lampung mau
ngapain sih?"
"Durenan."
"What? Niat banget
durenan doang ke Lampung. Terus apa kabar nasib gue yang nggak doyan
duren?"
"Salah siapa nggak
doyan duren."
"Salah keadaan yang
menakdirkan gue buat nggak mencintai duren."
Jadi intinya niat awal
mereka (Kak Dewi, Mba Gigit, Bayu, Mas Danang, dan Mamanya Mas Danang) ke
Lampung adalah pure untuk durenan. Terus nasib gadis kecil yang nggak suka
duren ini yaa mungkin bakal nontonin mereka durenan aja. *self puk-puk*.
Beberapa hari menjelang
keberangkatan, Mas Danang mengabari kalau nggak jadi ikut ke lampung. Loh? Kok?
Secara Mas Danang yang jadi racun awal untuk ke Lampung tapi malah dia yang
mundur. Hhhmmm... Jangan khawatir, kami (Saya, Kak Dewi, Mba Gigit, dan Bayu)
tetap berangkat via Merak-Bakauheni pakai mobilnya Bayu. Sedangkan mamanya Mas
Danang menggunakan pesawat dari Bandung.
Kami berempat berencana
berangkat kamis malam (2 April 2015). Sudah fix janjian pukul 20.00 di Sawah
Besar dengan kak Dewi dan Mba Gigit. Tanpa disangka malam itu adalah menjadi
malam yang sungguh terlalu tidak manusiawi untuk para pengendara di Jakarta dan sekitarnya. Macet total teramat parah. Gini nih, ada aja cobaannya kalau
rencana sudah rapi. Yang biasanya dari kantor pukul 16.00 dan pukul 18.00 sudah
sampai rumah, kamis malam itu sungguh luar biasa baru sampai rumah pukul 20.30.
Rencana berubah. Bayu
yang terlalu cinta pada kerjaannya itu masih anteng pacaran dengan laptopnya di
kantor, akhirnya kita (Saya dan Kak Dewi) langsung ke kantornya saja. Malam itu
hujan juga mengguyur Jakarta. Hujan, macet, alhasil naik ojek pukul 21.00
menuju kantornya Bayu di RSPJ Cempaka Putih. Nggak sampai sejam sudah sampai
RSPJ. Nunggu Bayu yang masih asik sama laptopnya sampai jam duabelasan kurang.
Kemudian langsung jemput mba Gigit di Sawah Besar.
Sekitar pukul 01.00 dini
hari langsung jalan ke Merak. Sampai Merak sekitar 02.30 dan langsung antri
masuk kapal setelah membayar Rp 360.000 untuk satu mobil. Antri masuk kapal
lumayan lama. Sempat bobok sebentar di mobil sampai akhirnya mobil bisa masuk
kapal. Setelah parkir di dek, kami masuk ruang bisnis dengan membayar Rp 7.000
per orang. Cari tempat dan langsung lanjut bobok. Kapal baru bertolak dari
Merak sekitar pukul 5.30 dan tiba di Bakauheni pukul 6.50. Sepertinya kapal
yang kami naiki tidak terlalu besar, jadi mungkin jalannya cepat.
Setelah mobil berhasil
keluar dari kapal kami langsung menuju daerah Wayhalim tempat Tante Sri
(mamanya Mas Danang). Kami tiba di Wayhalim sekitar pukul 09.00 dan nggak lama
kemudian tante Sri tiba juga. Di sini sebenarnya suasana agak crowded. 8Kami sarapan dan numpang mandi lalu di ajak ke Taman Kupu-kupu. Dan
ternyata di sanalah tempat durennnya. Tempatnya asik sih buat main, tapi banyak
nyamuk.
Rumah Pohon |
Kupu-kupu |
Sekitar pukul 15.30 kami
pamit dan berpisah dengan tante Sri. Kami menginap di rumah budenya Mba Gigit
di daerah Wayhalim. Hampir magrib kami tiba di rumah yang nggak ditempati itu.
Sampai sana bersih-bersih dulu karena tempatnya yang cukup kotor dan nggak ada
air karena pompa air mati. Bayu yang seharian sudah lelah nyetir berusaha buat
benerin pompa air, tapi sepertinya pompanya memang harus diganti.
Selepas magrib, kami menuju hotel Sahid untuk menemui Mba Nana dan Nhaznin (anaknya Mba Nana berumur 5 tahun yang kalau ngobrol musti pakai bahasa inggris) yang mau gabung untuk ke Pahawang besok. Setelah dari hotel Sahid kami menuju toko Yen-yen untuk membeli oleh-oleh. Selesai beli oleh-oleh, Mba Gigit dan Bayu sudah pilih-pilih duren Rp 100.000 dapat 11 buah. ((Durenan lagii)). Kebayang dong aroma mobil dengan sebelas duren di dalamnya.
Kemudian kami menuju mall Kartini untuk ikutan Berbagi Nasi Lampung. Kami keliling mencari target dengan berjalan kaki. Dan saya melihat sendiri bahwa di Lampung, beberapa premannya justru mencari kami untuk minta jatah nasi-_-". Berbagi nasi selesai pukul 01.00 dan kami langsung kembali ke Wayhalim untuk istirahat.
Selepas magrib, kami menuju hotel Sahid untuk menemui Mba Nana dan Nhaznin (anaknya Mba Nana berumur 5 tahun yang kalau ngobrol musti pakai bahasa inggris) yang mau gabung untuk ke Pahawang besok. Setelah dari hotel Sahid kami menuju toko Yen-yen untuk membeli oleh-oleh. Selesai beli oleh-oleh, Mba Gigit dan Bayu sudah pilih-pilih duren Rp 100.000 dapat 11 buah. ((Durenan lagii)). Kebayang dong aroma mobil dengan sebelas duren di dalamnya.
Kemudian kami menuju mall Kartini untuk ikutan Berbagi Nasi Lampung. Kami keliling mencari target dengan berjalan kaki. Dan saya melihat sendiri bahwa di Lampung, beberapa premannya justru mencari kami untuk minta jatah nasi-_-". Berbagi nasi selesai pukul 01.00 dan kami langsung kembali ke Wayhalim untuk istirahat.
Hari kedua di Lampung, planing kami adalah menuju Pahawang Island. Tanpa mandi, hanya sikat gigi dan
cuci muka di masjid kami langsung menuju dermaga ketapang pukul 06.30. Estimasi
lama perjalanan kata teman sekitar 2 jam. Tapi kami tiba di sana nggak sampai
sejam. Secara Bayu bawa mobilnya rada gila. Kapal yang kami sewa bertolak dari dermaga pukul 08.00. Setelah menunggu rombongan Mba Nana tiba, kami
langsung naik kapal dan meluncur menuju Pahawang.
Subhanallah pemandangan
yang disuguhkan alam Indonesia ini. Hamparan laut dengan airnya yang jernih dan
kanan kiri pegunungan. Kami tiba di Pahawang besar dengan hamparan pasir yang
menjorok hingga ke tengah lautan menghubungkan dengan Pahawang kecil. Tanpa
pikir panjang kami lompat dan bermain air. Kemudian melanjutkan perjalanan
menuju tempat snorkling dan ke sebuah pulau yang sungguh cantik. Pulau-pulau di
sana adalah pulau tak berpenghuni. Beberapa pulau di sana milik mr Jo (orang
Prancis). Pulau-pulau tersebut dilarang untuk umum. Mr Jo dan masyarakat
sekitar semacam simbiosis mutualisme. Mr Jo memberi banyak untuk masyarakat
sekitar, seperti pendidikan dan kesehatan.
Pukul 13.00 kami kembali
ke dermaga ketapang, padahal Nhaz masih ingin berenang. Sampai di dermaga
ketapang kami mandi dan mengeluarkan duren semalam. Alhasil mereka menikmati
duren di pinggir pantai. Nhaznin yang awalnya nggak doyan duren pun akhirnya
ikut melahap bersih duren. Hanya saya yang nggak mengicip buah tersebut. Pukul
15.30 kami (Saya, Kak Dewi, Mba Gigit, dan Bayu) melanjutkan perjalanan ke Kiluan.
Sedangkan Mba Nana dan rombongan kembali ke kota Bandar Lampung.
Estimasi perjalanan dari
dermaga ketapang ke Kiluan adalah 3 jam perjalanan dengan keadaan jalan
berliku, kanan kiri jurang, ditambah jalan yang rusak dan berlubang. Tapi,
lagi-lagi, nggak sampai dua jam kami sudah tiba di Kiluan setelah mobil
gonjang-ganjing, lompat sana-sini seperti roller coaster. Kami tiba di Kiluan
saat senja tenggelam. So beautiful.
Sebelumnya direkomendasikan oleh teman
bahwa jika ingin ke Kiluan, bisa booking penginapan dan perahu untuk dolphin trip
di Anak Abah. Awalnya kami sudah berencana untuk tidur di mobil jika tidak
mendapat penginapan. Karena perkiraan kami pasti di Kiluan akan ramai wisatawan
sebab bertepatan dengan long weekend. Namun ternyata kami pas memilih waktu.
Puncak kepadatan wisatawan adalah siang tadi, jadi sore ini Kiluan sudah mulai
sepi.
Saat kami melihat-lihat keadaan dan
lingkungan sekitar, kami melihat mobil Anak Abah terparkir. Setelah proses
diskusi dan tawar menawar, kami mendapatkan penginapan untuk malam ini seharga
Rp 250.000 dan satu kapal untuk dolphin trip sebesar Rp 300.000. Kapal untuk
dolphin trip max diisi 3 orang, berhubung kami berempat, kami diijinkan untuk
mengisi satu kapal dengan 4 kepala.
Untuk menuju ke Penginapan, kami
harus menyebrang dengan kapal. Mobil diparkir di sebelah mobil Anak Abah. Dengan
membawa perlengkapan seperlunya kami menyebrang menuju penginapan yang letaknya
nggak jauh dari bibir pantai. Kami yang sedari pagi hanya makan pop mie di atas
kapal ketika di Pahawang, mulai kelaparan malam itu. Bermodal 4 bungkus indomie
goreng jumbo, kami meminta jasa orang penginapan untuk merebusnya dengan
memberi tips Rp 20.000 plus dapat nasi banyaak.
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang untuk saya dan Kak Dewi. Penginapan satu ruangan untuk 4 orang tanpa kipas angin apalagi AC. Panas sekali malam itu. Pukul 22.00 saya dan Kak Dewi keluar untuk mencari angin, namun angin pun tengah terlelap sepertinya. Alhasil malam itu saya dan Kak Dewi hanya tidur ayam dengan tangan pegal karena kipas-kipasan pakai kertas. Mba Gigit lumayan bisa tidur walau setengah pulas dan sempat kambuh gatal-gatalnya. Sedangkan Bayu tertidur dengan sangat amat pulas. Mungkin saking lelahnya nyetir mobil seharian dan besok harus nyetir lagi, jadi dia langsung terlelap dengan jaket yang masih melekat. Itu orang nggak ada gerah-gerahnya sama sekali deh.
Pukul 06.00 kami sudah siap untuk
dolphin trip. Langit kurang mendukung. Gerimis. Perjalan kami ke tengah teluk
masih ditemani oleh gerimis deras. Hingga tiba di tengah teluk, fajar mulai
naik dan langit pun berhenti menangis. Lumba-lumba pun melompat-lompat rendah
dengan begitu cantiknya. Rasa syukur kembali terucap atas keindahan ciptaan-Mu.
suasana pantai di pagi hari |
Teluk Kiluan |
Kami di suruh sarapan karena kami
memberitagukan niat kami untuk menuju Laguna. Perjalanan menuju Laguna
membutuhkan tenaga. Kurang lebih 30 menit perjalanan (jalan kaki) dengan naik
turun bukit. Kami kembali ke parkiran dan langsung diantar oleh Yogi (guide)
untuk menuju Laguna. Tiket masuk Laguna Rp 5.000 per orang dan ada penyewaan
pelampung Rp 5.000 per pelampung. Perjalanan cukup menguras tenaga. Perjalanan
mendaki cukup terjal dan jalan sudah disemen, lalu perjalanan menuruni bukit
dengan tangga-tangga. Kami melewati bebatuan dan batang-batang kayu yang dibuat
jembatan dengan pegangan tali. Tapi pemandangan yang di dapat akan membayar
usaha perjalanan kalian kok.
Sekitar pukul 12.00 kami kembali ke
parkiran. Mandi di rumah penduduk dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju
pelabuhan Bakauheni. Perjalanan menuju Bakauheni dari Kiluan sekitar 4 jam
dengan mampir ke masjid dan makan.
Kapal bertolak dari Bakauheni
sekitar pukul 19.00 dan tiba di Merak pukul 21.00. Mobil keluar kapal sekitar
pukul 22.00 dan langsung meluncur menuju jakarta dengan kecepatan 130-140 km
per jam. Tiba di rumah dengan selamat pukul 00.30.
Thanks guys for relaxing holiday!!!
Jika kamu hanya terus mengurung
diri, maka kamu tidak akan merasakan rasa syukur lebih atas surga dunia
ciptaan-Nya. Perjalanan adalah bagian dari hidup. Sebuah perjalanan adalah
kenangan yang tak dapat dibeli. Perjalanan merupakan hal yang tak dapat ditukar.
Tetaplah berjalan, menyusuri alam serta
mensyukuri segala keindahan ciptaan-Nya. Dan jangan lupa tetap menjaga dan peduli
pada lingkungan sekitar. Agar keindahan tak cepat pudar.
____________*____________
Satu kali penyebrangan untuk satu mobil = Rp 360.000
Ruang istirahat kapal Bisnis Rp 7.000 dan eksekutif
Rp 10.000
Pahawang;
Satu kapal (max 10 orang) Rp 400.000
Alat snorkle Rp 50.000 per alat
Kiluan;
Penginapan Rp 250.000 per malam
Satu kapal (max 3 orang) Rp 300.000
Laguna Rp 5.000 per orang
Guide Laguna Rp 50.0000
Pelampung Rp 5.000 per pelampung
Makan Rp 15.000 per porsi