Selasa, 25 Juni 2013

Heyhoooo....
Ada sharing kece nih,, sebelumnya curhat sedikit dulu yaa...
Saya mengenal seorang drummer yang jago banget menulis loh.. eetapi bukan nulis lagu...
Yang ditulisnya itu adalah puisi, cerpen, novel... Uwoooww bangeet kaan^^
Orang itu adalah pria bernama Adityarakhman. #EntahKenapa beliaulah yang menyeret saya semakin dalam untuk menekuni dunia tulis menulis ini. Dorongannya untuk ikut lomba ini lomba itu, tulis ini tulis itu. Dan segala ocehan dan cuap-cuapnya itu yang selalu membakar semangat saya untuk terus menulis.
Naaah sejarah awal dari semua ini adalah puisi. Sebuah project gokil yaaang ehhmmm gitu deeh, hahahaha...

Naaah,, yang mau dishare kali ini adalah cuap-cuap kece dari seorang Adityarakhman, yang #EntahKenapa telah membakar semangat saya untuk menulis. Sebenarnya obrolan tentang cuap-cuap ini udah cukup lama dan hanya menjadi koleksi pribadi. Merasa sayang cuap-cuap kece begini cuma disimpan sendiri, jadilah sekarang diposting deh biar bisa dibaca oleh semua :) semoga postingan ini bermanfaat untuk membakar semangat kalian menulis juga yaaaa^^

*Cuap-cuap kece*

Ketika kalian ingin menjadi penulis, maka dengan mulai menulis saja sebenarnya kita sudah jadi penulis. Lantas apa bedanya? Sebenarnya menulis itu mudah dan yang membuatnya menjadi sulit itu ada dua :
  • Pertama, adalah segala aturan tentang tata cara membuat cerita itu sendiri yang kadang justru menjadi pusat perhatian utama para penulis. Belum apa-apa udah kepentok sana-sini. Harus ngikutin pakem ini pakem itu. Padahal tulis aja dulu apa yang ingin kita tulis.
  • Kedua, adalah keinginan penulis itu sendiri untuk menyenangkan pembacanya. Akhirnya malah bikin ruang gerak si penulis menjadi terbatas. Ini akan menekan potensi yang sebenarnya ada dari penulis itu sendiri.
Jadi, menulis itu ya tulis aja dulu apa yang kita sukai. Jangan berusaha untuk melebih-lebihkan sesuatu di luar kemampuan. Just Write. That's it!! *tiiing tiiing kedip-kedip mata*

Naaah, sekarang tinggal tanya deh ke diri kita masing-masing, bagaimana gaya bercerita yang kita sukai? Dan apa yang sebenarnya kita sukai untuk ditulis? *brb ambil pulpen sama note*


&&&

Trik untuk menajamkan rasa insiden atau konflik. Tujuannya adalah bagaimana agar si pembaca ikut merasa cemas terhadap situasi konflik yang kita hadirkan dalam sebuah tulisan, Jadi triknya adalah sebagai berikuuuut :

Selalu gunakan analogi "Jika kamu mati besok, maka apa yang akan kamu lakukan?". Analogi itu menunjukkan bahwa si tokoh terdesak, dengan begitu ia tidak akan memiliki banyak pilihan. Artinya, buatlah konflik dimana tokoh tidak memiliki banyak pilihan. Ini tentu akan menghadirkan kecemasan baginya dan juga si pembaca. Contoh lain misalnya, seorang pembunuh bayaran yang terkejut karena target berikutbya adalah dirinya sendiri, apa yang akan ia lakukan? Atau, seorang pria jatuh cinta kepada seorang wanita, namun pria tersebut tahu bahwa usianya tersisa tiga bulan lagi, lantas apa yang harus si pria lakukan?

Contoh-contoh dari konflik tersebut tajam dan menimbulkan kecemasan. intinya buatlah sebuah konflik yang membuat si tokoh tidak bisa menghindarinya. Buat konflik yang jika ia gagal mengantisipasinya maka akan berdampak sangat buruk kepadanya.

Keuntungan dari menggunakan trik konflik semacam ini adalah kita punya kesempatan bagus untuk membangun karakter tokoh yang kuat, karena si tokoh mau tidak mau akan membuat keputusan jalan keluar, nah disitulah karakter tokoh akan terlihat. Jadi, yang terpenting adalah konflik yang tajam serta bagaimana si tokoh menyelesaikan masalah tersebut. Ending sangat bergantung pada kualitas ini.

Tapi hati-hati looh,, kita menganalogikan sebuah konflik dengan "Jika kamu mati besok, maka apa yang akan kamu lakukan?" itu bukan berarti setiap konflik harus dipaksakan agar terlihat tragis, dramatis, aneh atau bahkan nggak masuk akal. Tetap harus disesuaikan dengan porsi cerita, masih dalam batas wajar sesuai dengan tema yang sedang diangkat. Jika dirasa ada konflik yang memang berat atau tragis maka harus ada informasi dibagian struktur opening sebelum insiden, jadi si pembaca siap dan mampu menerima konflik tersebut.

Dan secara keseluruhan, pada akhirnya sebenarnya sebuah cerpen yang baik itu bukanlah cerpen yang memenuhi semua syarat cerpen tapi ceritanya ngawur kemana-mana tanpa pesan, tanpa kesan, dan tanpa alasan untuk dibaca.

Cerpen yang sukses itu adalah cerpen yang mampu menghadirkan nilai-nilai, pesan, kesan, dan rasa yang sama untuk pembaca. Tapi bukan berarti struktur dan konflik dinomorduakan. Maka satu-satunya cara untuk mengasahnya adalah dengan sering-sering menulis agar kita terlatih dan terbiasa, akhirnya mahir bagaimana mengisahkan sebuah cerita dengan baik.

Selalu dimulai dengan membuat kisah dari konteks -> insiden, lalu kembangkan menjadi Flash Fiction (100-150 kata) itu akan lebih memudahkan kita dalam menulis cerpen...

&&&

Struktur (5W) - Konflik (1H + tipe konflik yang punya sedikit pilihan untuk penyelesaiannya. Boleh satu atau beberapa konflik) - Latar (deskripsi mengenai ruang/tempat, waktu, temapat kejadian/adegan) - Refleksi (naratif mengenai nilai moral yang bisa diambil tokoh, kesimpulan si tokoh terhadap konflik yang menimpanya, perenungan tokoh, nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen) - Dialog - Ending (harus dipikirkan ending yang tidak biasa/tidak simpel, andaikan si pembaca dirasa bertanya-tanya seputar endingnya).

Opening cerita bisa dimulai dari manapun, asalkan sebelum adegan ditutup harus ada 5Wnya, karena ini yang akan menggugah rasa keingintahuan pembaca. Konflik, kita selalu istilahkan dengan "What would you do if you die tomorrow?". Keliatannya ribet, tapi sebenarnya nggak kok, cuma belum terbiasa aja. Jadi kedepannya cerpen-cerpen yang dibuat setiap paragrafnya itu hidup, penting dan punya alasan kenapa paragraf itu dibangun. Kalau ini udah dikuasai, maka kita gali karakter menulis kita. Jangan menjiplak cerpenis atau novelis di luaran sana.....

Selama ini kita selalu menganggap bahwa tahapannya adalah puisi > ceroen > novel. Ya kaan yaa kaaann??
TERBALIIKK!! Yang benar adalah novel > cerpen > puisi. Karena puisi memiliki struktur yang sama ruwetnya, sedangkan kesediaan tempat terbatas.

Daaaaann,, kabar gembiranya adalah jika kamu sudah memahami formula-formula cerpen tadi dengan baik, terbiasa dan menguasainya, itu artinya kamu bisa memulai untuk membuat novel. Karena kita bisa menyampaikan dan membangun cerita dengan ruang yang sempit. Termasuk menghadirkan kesan dan pesan untuk si pembaca.

Novel itu nggak berat, perbedaannya hanya dimasalah stamina. Karena novel lebih banyak halaman. Formula cerpen dan novel itu sama looh, bedanya novel lebih banyak,,,, halamannya... *nyengir*

"Jadi, kesimpulannya adalah setiap cerpenis PASTI bisa bikin novel, tapi setiap novelis BELUM TENTU bisa bikin cerpen!!".  Naaahh itulah yang ditegessiinsama om adit...syalalalala~ *blushing*

Jelas, semua cerpenis dalam artian yang benar-benar mau belajar ilmunya (nggak perlu sampai jago banget, asal tahu fungsi dan penggunaannya) yaaa bisa bikin novel deh. Bedanya novel lebih panjang baik deskriptif struktur, konflik, latar, refleksi, dialog, etc. Struktur aja mungkin baru ketahuan 5Wnya setelah baca 2-3 bab. Jadi, yaaa soal stamina aja siih.. Dan level tersulit itu sesungguhnya ada pada puisi..

Jika kalian punya cerpen, coba baca ulang cerpennya, semua formula sebenarnya sudah ada, hanya saja pasti masih berantakan, penempatan nggak pas, konfliknya kurang tajam, latarnya kurang detail, refleksinya nggak kelihatan dan endingnya kurang oke, itu wajar. Akan tetapi, itu juga sudah menunjukkan bahwa kalian berbakat, tinggal debenahi saja plotnya sesuai dengan yang sudah dibahas di atas.

Bayangkan, kalo seandainya semua formula itu sudah kita kuasai, kebayang kan setiap chapter dalam novel kita nantinya pasti bagus, penting dan berkualitas, karena kita sudah terbiasa bekerja ala menulis cerpen yang apa-apa harus serba efektif dan efisien, tidak ada kesempatan buat ngoceh nggak jelas...

Tapi jangan sampai nantinya jadi kaku ketika menulis, santai saja. Santai karena sudah tahu bagaimana cara membuat cerita yang bagus. Soal redaksi kalimat tinggal mengikuti saja, nggak harus bagus di awal, itu difikirkan nanti saja, yang mendayu-dayu terakhir saja, penulisan ide juga nggak harus melalui struktur looh..

Contoh ide : "Seorang wanita muda yang sangat mencintai duda muda, tetapi sudah punya anak tiga, apa yang harus dilakukannya? Bagaimana menyingkapi kehadiran anak-anaknya?" Cukup, simpan, kerjakan dilain waktu, kembangkan pakai rumus. DONE!!

"Setidaknya ada usaha untuk menemukan bakat itu. Dan dimenulis, aku termasuk yang percaya bahwa siapa pun pasti bisa tanpa harus punya bakat, asal suka. Jadi intinya buat aku simpel aja, kontrak ini itu atau juara ini itu misalnya buat aku itu bukan prestasi besar, itu nggak lebih dari penghargaan orang lain atas kontribusi kita. Prestasi terbesar aku justru ketika aku berhasil menulis sampai selesai." - Begitu kata om Adit :'))

&&&

Sekian cuap-cuap kece dari orang yang juga kece.. ( sebenernya pengen bilang "Sekian cuap-cuap kece dari penulis yang paling kece - om Adit ) *kemudian digetok om Adit lagi ._.)/|| hhhmmm okelaaah, jadi intinya setiap orang bisa jadi PENULIS !!! Teruskan mimpi kalian untuk terus berkarya!!! Semoga cuap-cuap yang akyuu posting ini dapat menginspirasi dan mengetuk relung hati kalian yang membaca ini yooo :)) *tebar senyum*

Thank you so muuucchh for you Adityarakhman, you're the best, you're my inspiration, i proud of youu... *edisi lebay* tapi ini kenyataan...

~sekian~

@fetihabsari


2 komentar

kenalilah dan jadilah dirimu. bukan begitu kawan ?

REPLY

Ya,, jadilah dirimu sendiri. Gitu kan, Ian :)

REPLY

Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates